View Full Version
Selasa, 01 Jun 2010

Dunia Kecam Serangan Keji Zionis-Israel

Kecaman atas ulah Zionis-Israel datang dari Indonesia, Turki, Pakistan, Spanyol, Iran, dan Vatikan. AS hanya prihatin

Hidayatullah.com--Dunia mengutuk serangan Israel terhadap Kapal Mavi Marmara berbendera Turki yang membawa relawan serta bantuan kemanusiaan menuju Jalur Gaza.

Penyerangan dan penyergapan itu menewaskan 19 warga sipil dan melukai ratusan penumpang lain yang mayoritas relawan lebih dari 40 begara dari seluruh dunia.

Kecaman keras datang langsung dari Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon yang tengah berada di Kampala, Uganda.

Ban Ki-moon mengaku sangat terkejut dengan kebrutalan Israel yang menembaki kapal pembawa bantuan misi kemanusiaan tersebut.

“Penyerangan ini harus diinvestigasi secara menyeluruh untuk mengetahui mengapa bisa terjadi pertumpahan darah.Israel harus memberi penjelasan secara lengkap mengenai insiden ini,”tandas Ban.

Sementara itu, pemerintah RI mengecam keras dan menuntut tanggung jawab penuh pihak Israel atas serangan tersebut.

“Kita siap bekerja sama dengan masyarakat internasional untuk memastikan Israel bertanggung jawab atas tindakannya itu,” ujar Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.

Suara keras juga datang dari negara- negara Uni Eropa. Mereka telah pula memanggil Duta Besar Israel di negara masing-masing untuk memberi penjelasan insiden berdarah itu. Duta besar dari 27 negara Uni Eropa bahkan langsung menggelar rapat mendadak Senin siang (malam waktu Indonesia) untuk membahas insiden berdarah di perairan Gaza. Dari ratusan relawan yang ditembaki Israel, terdapat puluhan warga Uni Eropa,termasuk 28 warga Inggris, puluhan warga Yunani dan Irlandia.

 “Saya mengutuk sekeras- kerasnya pembunuhan warga sipil oleh Israel,” tutur Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini. Jerman yang selama ini dikenal pro-Israel secara tegas mengecam sikap arogan Israel yang menewaskan setidaknya 19 orang.“

Jerman selama ini mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri. Tapi apa yang mereka lakukan kemarin sudah di luar batas,”tutur Kanselir Jerman Angela Merkel. Pemerintah Inggris mengatakan Israel sudah melakukan tindakan tercela dan tidak termaafkan karena menyerang warga sipil. Presiden Prancis Nicolas Sarkozy juga mengaku kaget dan tidak bisa mengerti tindakan Israel.

Kecaman sangat keras juga dilontarkan Turki. Negara ini memang pantas marah dengan Israel karena dari 19 relawan yang tewas di Kapal Mavi Marmara kebanyakan warga Turki. Negara tersebut bahkan langsung memutus hubungan diplomatiknya dengan Israel dengan menarik duta besarnya di Yerusalem.

“Apa pun alasannya, tindakan melawan warga sipil, apalagi yang membawa misi perdamaian, jelas tidak bisa diterima. Israel harus menanggung konsekuensi atas tindakannya,” tulis pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Turki. Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan tindakan Israel sebagai bentuk pembantaian massal.

Adapun Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri meminta PBB segera menggelar pertemuan khusus untuk membahas serangan Israel. Untuk menghormati korban, Pemerintah Palestina memutuskan untuk menetapkan hari berkabung selama tiga hari. Kecaman dan suara keprihatinan juga disampaikan sejumlah negara seperti Pakistan, Spanyol, Iran, dan Vatikan. Sementara itu, Amerika Serikat (AS) yang selama ini dikenal sebagai sekutu terdekat Israel hanya menyayangkan sikap Israel yang sudah menewaskan puluhan warga sipil.

Langsung Ditembaki


Sebagaimana diketahui, Kapal Mavi Marmara bersama delapan kapal lain meninggalkan Turki menuju Gaza sekitar 22 Mei lalu. Iring-iringan kapal ini membawa sekitar 800 relawan, aktivis, jurnalis, serta 10.000 ton bahan bantuan makanan serta material bangunan.

Kemarin pagi sekitar pukul 04.00 waktu setempat saat berada di 65 km lepas pantai Gaza, kapal tersebut dihadang militer Israel yang sudah menunggunya. Salah satu jurnalis yang berada dalam kapal mengatakan Israel langsung menembaki kapal tersebut sebelum mendarat. Reporter Aljazeera juga mengatakan tentara Israel tetap menembaki kapal meskipun kapal itu sudah melambaikan bendera putih.

Israel berkilah serangan tersebut dilakukan karena kapal mengabaikan peringatan mereka serta meyakini ada ratusan pejuang militan di kapal tersebut. Israel juga menyatakan tentaranya diserang dengan menggunakan pisau dan benda tajam lain saat hendak mengamankan kapal.Namun, laporan jurnalis mengatakan Israel lah yang pertama kali menyerang kapal tersebut. Laporan satelit televisi Aljazeera menggambarkan kapal mencoba untuk memperlambat laju untuk menghindari konfrontasi, tapi Israel justru mendekat dan menembaki kapal.Kapal-kapal tersebut kini berada di pelabuhan di Ashdod. Israel akan membawa warga asing yang berada di kapal tersebut ke pusat tahanan.Mereka hanya akan diberi dua opsi, yakni dideportasi atau dipenjara.

Langgar Hukum Internasional

Pemerintah Indonesia mengutuk keras penyerangan tentara Israel yang menyebabkan korban tewas disertai penahanan seluruh awak kapal Mavi Marmara.Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan blokade Israel terhadap Gaza itu sendiri sudah merupakan pelanggaran hukum internasional. Selain itu, tidak ada dasar bagi Israel untuk menyergap kapal dan memblokade wilayah Gaza ini.

Dia menilai, kesalahan Israel sekarang bukan saja tindakan penyergapan, tetapi bahkan blokade yang mereka lakukan. “Jadi ada multiple guilt,ada kesalahan atau pelanggaran yang sifatnya multidimensional, penyergapannya maupun blokadenya,itu masalah besarnya,”jelasnya.

Mengenai nasib 12 WNI yang ikut dalam kapal tersebut, hingga kemarin pihak Kementerian Luar Negeri belum bisa memastikannya. Namun, MER-C sebelum berangkat ke Palestina telah menghubungi pihak Kemenlu dan Kedutaan Besar Republik Indonesia. Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee atau MER-C Indonesia Sarbini Abdul Murad membenarkan 12 relawan Indonesia turut serta di Kapal Mavi Marmara dalam misi kemanusiaan ke Gaza. Lima relawan MER-C Indonesia dikirim untuk membangun sebuah rumah sakit di Gaza atas bantuan masyarakat Indonesia.

“Rencananya lima hari di Gaza, kemudian kembali. Nanti akan diteruskan oleh kawan-kawan di sana,” kata Sarbini dalam jumpa pers di kantornya kemarin. Selain lima orang dari MER-C, relawan berasal dari Komite Indonesia Solidaritas untuk Palestina (KISPA) sebanyak 4 orang dan Sahabat Al Aqsha-Hidayatullah sebanyak 3 orang. Sarbini mengungkapkan, Kapal Mavi Marmara itu berada satu rangkaian dengan kapal-kapal lain.

Kapal itu berisi 800 relawan dari 50 negara.Kapal itu memuat alat perlengkapan sekolah, bahan makanan, dan bahan bangunan. [sin/cha/hidayatullah.com]


latestnews

View Full Version