Israel disebut sebagai negara teroris yang melakukan serangan brutal atas misi kemanusiaan
Hidayatullah.com--Dari dalam penjara Israel, 22 aktivis warga Yunani yang menumpang kapal "Eleftheri Masogeois", kapal barang berbendera Yunani yang menjadi bagian dalam misi Freedom Flotilla, mengeluarkan sebuah pernyataan bahwa mereka mengalami pembajakan oleh pasukan komando Israel di perairan internasional pada Senin 31 Mei dini hari.
Dalam pernyataannya disebutkan, serangan brutal yang sama juga terjadi di atas kapal Yunani "Sfendoni" dan empat kapal lainnya.
"Dalam peristiwa itu Israel menggunakan live ammunition (amunisi yang mengandung bahan peledak atau bahan kimia aktif, berbeda dengan drill ammunition) dan orang-orang tak bersenjata dibunuh. Pasukan komando Israel dengan senjata-senjatanya yang terkokang, secara brutal menyerang para penumpang berkebangsaan Yunani dengan menggunakan kekerasan fisik dan tongkat-tongkat listrik. Mereka memborgol para penumpang, menyeretnya dengan kasar ke atas dek. Tentara Israel terus menggunakan kekerasan ketika tiba di Pelabuhan Ashdod, di mana kapal-kapal dan penumpangnya digiring, tempat di mana orang-orang Yunani dipukuli secara brutal dengan kekerasan yang belum pernah dialami sebelumnya dan tiga orang di antara mereka dibawa ke rumah sakit, sementara yang lainya dibawa ke penjara yang berbeda."
"Kami semua adalah pria dan wanita warga Yunani yang secara ilegal dikurung dalam penjara-penjara Israel. Kami dengan tegas menolak untuk menandatangani pernyataan apapun yang dipaksakan oleh negara teroris Israel. Kami mengecam serangan mematikan atas misi internasional kami ini." Demikian bunyi pernyataan tersebut.
Mereka juga menuntut agar pemerintah Yunani mengakhiri semua hubungan diplomatik dengan Israel, negara teroris yang menghapuskan sejarah 5.000 tahun pelayaran bebas di Laut Mediterania.
"Kami menyatakan bahwa selama Gaza diblokade, selama Palestina dijajah, selama komunitas internasional tidak berani menekan legitimasi internasional Israel dan kebijakan internasional, kami akan terus mempersiapkan misi-misi baru dan berlayar ke perairan Gaza. Hingga kamp konsentrasi terbesar yang diciptakan Israel pada abad 21 ini tidak ada lagi," pungkas penyataan para aktivis kemanusiaan untuk Gaza dari Yunani. [di/psol/www.hidayatullah.com]