KH. Hasyim Muzadi berpesan kepada para mahasiswa agar ketika pulang dapat menjadi ilmuwan yang berjiwa pejuang
Hidayatullah.com--Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) yang baru terbentuk setahun silam di Den Haag Belanda, mengadakan sosialisasi dan workshop internasional di Mesir. Acara ini dihadiri oleh perwakilan mahasiswa Indonesia dari 15 negara di Timur Tengah, Asia Selatan serta Afrika, dan berlangsung selama dua hari, pada tanggal 11 dan 12 Juli 2010.
Seperti yang dijelaskan oleh Fakhrizal, salah seorang perwakilan dari Syiria, workshop I-4 ini membahas isu terorisme dan human trafficking. Karena dua tema itu memang memiliki kaitan besar di wilayah Timur Tengah.
Dari hasil workshop itu, terdapat beberapa poin resolusi berkenaan dengan terorisme dan human trafficking yang dihasilkan dari pembahasan tersebut. Inti dari resolusi itu adalah meningkatkan kembali peranan mahasiswa Indonesia dalam masalah ini, khususnya bagi yang berada di Timur Tengah, Asia Selatan dan Afrika. Namun sayangnya workshop itu berlangsung secara tertutup.
Kegiatan I-4 di Kairo ini ditutup dengan acara dialog umum yang mengangkat tema "Sinergi dan Kemitraan Ilmuwan Timur Tengah, Asia Selatan dan Afrika dalam Membangun Indonesia".
Acara penutupan ini menghadirkan pembicara dari sejumlah tokoh penting, yaitu; Duta Besar Ri untuk Mesir, AM. Fachir; Sekjen Internasional Conference of Islamic Scholars, KH. Achmad Hasyim Muzadi; mantan Dekan Fakultas Syari'ah UIN Sunan Kalijaga, dan Dr. Malik Madani; Direktur Hay Group Resercher di Singapore, Dr. Andreas Pazi Raharso; serta Atase Pendidikan KBRI Kairo, Prof. Dr. Sangidu, M.Hum.
Dalam pidatonya, KH. Hasyim Muzadi berpesan kepada para mahasiswa agar ketika pulang ke Indonesia nanti, diharapkan dapat menjadi ilmuwan yang berjiwa pejuang. Karena menurut beliau, ilmuwan tanpa perjuangan susah akan hidup di Indonesia. Beliau juga menjelaskan secara gamblang bagaimana kondisi Indonesia sekarang ini, dan seperti apa peranan ilmuwan yang dibutuhkan tersebut.
Sedangkan KH. Malik Madani mengingatkan akan pentingnya peranan mahasiswa Timur Tengah dalam memerangi isu terorisme di Indonesia. Mahasiswa Timur Tengah, menurut beliau, harus bisa mensosialisasikan bahwa agama Islam itu adalah agama yang damai dan suka perdamaian, bukan agama teroris.
Dialog umum ini juga sekaligus sosialisasi organisasi I-4 kepada mahasiswa Indonesia di Mesir.
Ketika ditemui hidayatullah.com, Ahmad Adhitya, M.Sc yang merupakan penggagas dan sekaligus sebagai Sekjen I-4 ini menjelaskan bahwa organisasi ini berdiri atas dasar untuk membangkitkan optimisme bangsa Indonesia agar bisa lebih maju.
"Sebanyak 760 anggota, dan 400 di antaranya adalah doktor dan profesor dari Indonesia yang tersebar di seluruh dunia," paparnya.
Tambahnya lagi, sosialisasi ini sudah dilakukan di berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, Korea, Jepang, Amerika Serikat, Belanda, Mesir, dan di Indonesia sendiri. [sdz/hidayatullah.com]