View Full Version
Ahad, 18 Jul 2010

Anggota DPR Tuding Infotaintment Penuh Rekayasa

Pengelola program "infotainment" harus memperhatikan upaya mencerdaskan publik. Bukan  menumbuhkan hedonisme semata

 

Hidayatullah.com--Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Paula Sinjal, mengatakan, ia memahami pandangan sejumlah pihak bahwa tayangan "infotainment" terkesan penuh rekayasa.

"Bahkan tayangan itu dianggap memiliki implikasi yang kurang positif bagi perkembangan dan pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat," katanya di Jakarta, Sabtu (17/7).

Paula mengatakan, para pengelola program "infotainment" (informasi dan hiburan) berbagai stasiun TV tetap memperhatikan upaya mencerdaskan publik. "Bukan (justru) menumbuhkan hedonisme semata," katanya menanggapi dukungan DPR RI kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Dewan Pers untuk menertibkan program "infotaintment".

Menurut Paula, pada 2009, masalah "infotainment" sempat mencuat dan berkembang menjadi wacana publik. "Hal serupa kini kembali terjadi setelah beredarnya video porno yang
melibatkan beberapa artis terkemuka. Lalu peristiwa ini disiarkan dengan banyak bumbu oleh media televisi melalui program 'infotainment'," ungkapnya.

Skandal video yang masuk ke ranah publik itu memunculkan polemik baru dalam soal pemberitaan media. "Dan yang terjadi terkesan (polemik itu) semakin memperkeruh suasana.
Beberapa media telah pun mendapat teguran KPI.Lalu, persoalan ini pun dilanjutkan dengan penetapan Komisi I DPR RI dengan KPI bersama Dewan Pers yang mengubah status 'infotainment' menjadi program non-faktual," katanya.

Paula mengatakan, ketiga lembaga itu sepakat adanya sensor terhadap tayangan informasi dan hiburan di televisi Indonesia ini. "Keputusan ini diambil karena ketiga lembaga menilai banyak siaran 'infotainment' dan 'reality show' melanggar norma agama, etika moral, dan
norma sosial. Karena itu, sensor menjadi mutlak," tegasnya.

Alasan penyensoran adalah seringnya pelanggaran kode etik jurnalistik dan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) KPI. "Jadi menurut saya, keputusan ini sangat penting karena program tayangan 'infotainment' sangat tidak mendidik, dan informasinya kurang akurat untuk disampaikan kepada khalayak pemirsa."

"Di samping itu, karena beritanya hanya bersifat gosip, tidak jarang berisi fitnah semata," katanya.

Berbeda halnya dengan program berita yang benar-benar menggunakan pola peliputan dengan sistem jurnalistik yang baku, "infotainment" sering mengabaikan aspek-aspek ideal jurnalistik.

"Akibatnya, informasi yang dihasilkannya terkadang terkesan mengada-ada dan tidak faktual. Tidak jarang tayangan 'infotainment' ini seringkali dikecam masyarakat," katanya.

Menurut politisi Partai Demokrat ini, apa yang dilakukan KPI sebagai lembaga berwenang memantau arus informasi media televisi sudah tepat. "Bahkan perlu ada sanksi keras seandainya ada yang tidak mematuhinya. Karena, yang dikorbankan adalah masyarakat banyak," tegas Paula Sinjal.

"Jualan utama program ini (di TV-red.) adalah beita yang mengandung unsur konflik. Dalam konteks inilah, pelanggaran etika sangat mungkin terjadi," katanya dalam kata pengantar buku "Infotainment" terbitan KPI (Desember 2005).[ant/hidayatullah.com]


latestnews

View Full Version