Situasi kebuntuan politik yang terjadi di Iraq sekarang ini, ditakutkan akan menyebabkan meningkatnya tindak kekerasan
Hidayatullah.com--Presiden Amerika Serikat Barack Obama mendesak para pemimpin Iraq untuk membentuk pemerintah baru guna mengakhiri kebuntuan politik yang sedang berlangsung sejak pemilihan legislatif pada bulan Maret lalu. Demikian dilansir Al-Jazeera.net (23/7).
Hal ini bertepatan dengan adanya laporan dari komandan pasukan Amerika di Iraq, Jenderal Raymond Odierno yang menyatakan bahwa proses penarikan pasukan lebih cepat dari jadwal sebelumnya.
Menurut Gedung Putih, Obama mengungkapkan pandangannya bahwa sudah waktunya bagi para pemimpin untuk bertanggungjawab atas konstitusional dan membentuk pemerintahan tanpa harus menunda-nundanya lagi.
Menurut laporan media, Obama telah bertemu dengan Duta Besar Amerika Serikat di Iraq, Christopher Hill, dan komandan pasukan Amerika di Iraq, Jenderal Ray Odierno, guna membahas masa depan politik Iraq.
Seperti yang diberitakan Reuters, Odierno mengatakan kepada Obama bahwa militer Amerika tidak pernah merencanakan jadwal untuk mengurangi jumlah tentara di Iraq menjadi 50 ribu pada akhir Agustus. Sekarang terdapat sekitar 70 ribu prajurit Amerika di Iraq.
Pertemuan tersebut juga membahas mengenai pengurangan jumlah pasukan Amerika menjadi 50 ribu tentara, serta mengakhiri peranan militer di Iraq pada akhir Agustus nanti.
Wakil Presiden Amerika Serikat Joseph Biden, yang mengunjungi Baghdad pada awal bulan Juli lalu, pada hari Kamis kemarin telah melakukan komunikasi melalui telpon dengan Perdana Menteri Iraq yang tengah berakhir masa jabatannya, Nuri al-Maliki, serta mantan Perdana Menteri Iraq, Iyad Allawi.
Media Prancis mengutip pernyataan Biden yang mengatakan bahwa Washington berharap agar empat aliansi politik yang keluar sebagai pemenang dalam pemilu kemarin, dapat memainkan peranan penting dalam pembentukan dan pengelolaan pemerintahan baru.
Situasi kebuntuan politik yang terjadi di Iraq sekarang ini, ditakutkan akan menyebabkan meningkatnya tindak kekerasan, serta dapat mempengaruhi rencana penarikan militer Amerika di tahun depan. [sdz/jzr/hidayatullah.com]