Kericuhan terjadi akibat sang romo menolak patuh pada ketetapan rotasi kepemimpinan gereja yang telah disahkan Vatikan, Roma
Hidayatullah.com—Amuk massa bukan milik pecinta bola saja. Bahkan pengunjung di rumah ibadah pun bisa terjadi. Tontonan ini terjadi di Buleleng, Bali.
Ceritanya, Selasa (24/8) siang, proses pergantian pastor Gereja Santo Paulus, di Singaraja, Bali, berlangsung ricuh. Keributan diduga dipicu sikap pastor Paroki Yohanes Tanuwijaya, yang menolak menemui Direktur Pusat Keuskupan Denpasar, Romo Yosep Babey.
Sikap penolakan ini membuat jemaat pendukung pergantian pastor ini marah dan berusaha menemui pastor Yohanes di lingkungan gereja.
Kerusuhan terjadi ketika Direktur Keuskupan Denpasar, Romo Herman Yosep Babey, bersama ratusan jemaat datang ke Gereja Paroki Santo Paulus untuk bertemu Romo Yohanes Tanuwijaya. Mereka berusaha menjelaskan pengantian pastor lama ke pastor baru. Namun pihak gereja justru mengembok pintu dan bertahan di dalam.
Massa lalu mendobrak pintu dan melakukan pemukulan terhadap petugas keamanan. Massa yang sudah masuk ke dalam areal berusaha mencari sang romo. Mereka bermaksud menyeretnya keluar. Polisi yang ada di lokasi, tidak bisa berbuat apa-apa, karena massa yang besar.
Sejumlah orang terluka, termasuk seorang balita yang kebetulan berada di dalam komplek gereja bersama orangtuanya. Keuskupan Denpasar dalam keterangannya menyatakan, kericuhan terjadi akibat sang romo menolak patuh pada ketetapan rotasi kepemimpinan gereja yang telah disahkan oleh pihak Vatikan, Roma.
Hingga Selasa petang, sejumlah massa masih berkumpul didalam komplek gereja untuk mengamankan gereja. Sementara, petugas kepolisian juga masih berjaga di seluruh areal gereja. [idc/hidayatullah.com
]
Ilustrasi: gereja St. Yoh. Maria Vianney