Seorang Yahudi Amerika membuat film cerita tentang Palestina. Mengungkap pesan damai di tengah penjajahan
Hidayatullah.com--Julian Schnabel, seorang Yahudi Amerika lahir tiga tahun setelah pembentukan Israel, melihat empat dekade sejarah Palestina melalui mata warga Palestina dalam film berjudul “Miral”. Film akan ditayangkan Kamis di Festival Film Venice.
"Sangat nyata ini adalah cerita rakyat Palestina, tetapi yang penting adalah seorang Yahudi Amerika yang menceritakan cerita rakyat palestina,” ujar Schnabel, saat berhenti di Paris dalam perjalanan ke Venice untuk pemutaran film.
Film ini berdasarkan novel autobiografi yang judulnya sama dengan nama jurnalis Palestina Rula Jebreal, sebuah buku yang dikatakan oleh sutradaranya menampilkan “dalih” untuk mendapatkan konflik yang kebanyakan selalu ditutupi oleh film Barat.
Seperti Jebreal, Miral tumbuh di panti asuhan di Yerusalem Timur milik sosialita Yerussalem dari keluarga kaya Palestina. Suatu pagi di tahun 1948 datanglah sekelompok anak yang kabur dari pembunuhan massal Deir Yassin, desa tetangga, yang dilakukan oleh kelompok militan Yahudi.
Diadaptasi dengan bekerjasama dengan pengarang buku, film Schnabel menjajaki kehidupan dua perempuan dari pembangunan panti asuhan hingga tuntutan perdamaian Oslo di tahun 1993, momen untuk harapan yang lebih baik yang kemudian dihancurkan.
"Secara keseluruhan poinnya adalah Saya seorang Yahudi Amerika, dan alasan mengapa hal ini menyentuh saya karena ini adalah bagian besar dalam hidup saya,” ujar Schnabel.
"Penting bagi Muslim untuk mendengar ini, penting bagi Yahudi untuk mendengar ini, untuk Israel dan untuk orang-orang dimana saja,” ujar Schnabel, yang memenangkan penghargaan sutradara terbaik pada ajang Cannes di tahun 2007 untuk film"The Diving Bell and the Butterfly" juga beberapa nominasi Oscar.
"Ketika saya masih kecil, Israel adalah poin tertinggi untuk ibu saya … kesuksesan Israel adalah sesuatu yang sangat penting untuknya dan juga untuk saya,” katanya.
"Ini dilakukan untuk malanjutkannya dan memahami rakyat Palestina dan orang-orang yang berada di tengah-tengah mereka.”
Seorang penduduk asli New York yang juga artis terkenal perajin keramik besar neo-expresionis “lukisan piring”, Schnabel menyebutnya “tidak tahu banyak mengenai rakyat Palestina” ketika ia membuat film kelimanya.
Buku Jebreal "adalah cara terbaik untuk memahaminya,” ujarnya
Schnabel memilih artis India Freida Pinto yang bermain sebagai Latika dalam "Slumdog Millionnaire," untuk peran Miral dan Hiam Abass dari Israel ("The Syrian Bride," "Lemon Tree") untuk panti asuhan yang elegan disutradai Hind Husseini dalam produksi Prancis-Israel-Itali-India.
Untuk membentuk keaslian – pencahayaan yang sempurna- Schnabel suting di Israel dan West Bank khususnya untuk menangkap situasi tegang.
"Serangan ke Gaza terjadi hanya tiga hari sebelum kami tiba di Yerusalem dan saya mencari lokasi di Yerusalem Timur (dari pihak Israel),” ujarnya
"Saya ingin suting di rumah Husseini tetapi saya tidak bisa memiliki orang-orang dengan walkie-talkie yang terlihat seperti tentara dan berbicara dalam bahasa Ibrani di dalam rumah,” katanya
"Tetapi mereka mempercayai saya, orang Israel dalam kru sangat menghormati dan mereka menggunakan bahasa Inggris ketika berada di lokasi,” kata Schnabel.
Mengenai konflik Israel-Palestina, Ia menyebutnya seperti pernikahan: “Orang-orang ini tinggal di rumah yang sama dan akhirnya harus bertahan hidup bersama-sama. Jika kamu menikahi seseorang, kadangkala kamu harus menghilangkan sebagian dari diri kamu untuk mendapat yang lebih besar daripada kamu punya saat kamu masih sendiri.”
Schnabel mengatakan ia tetap berharap akan perundingan damai secra langsung, dan mendedikasikan film ini untuk “orang-orang dari dua belah pihak yang meyakini adanya kedamaian.”
Menurut Julian Schnabel ide pembuatan film ini sebagai bentuk tanggungjawab "sebagai orang Yahudi untuk menceritakan kisah tentang Palestina”.
Dengan mengambil syuting di Prancis, India, Israel danItalia, Miral berdurasi 112 menit dengan menampilkan beberapa pemain, diantaranya Alexander Siddig, Freida Pinto, Vanessa Redgrave, Willem Dafoe.
Debut dari Miral sangat tepat waktu, dimana datang saat presiden AS, Barack Obama, membuka sebuah babak baru perundingan perdamaian Timur Tengah.
Sudah banyak sutradara Amerika atau Yahudi mengajarkan ‘pesan damai’ melalui film. Namun sedikit yang mengungkap kejujuran bahwa Israel berdiri karena merampas dan menjajah tanah Palestina. [afp/guardian/cam/hidayatullah.com]