View Full Version
Sabtu, 25 Sep 2010

Penelitian: Salafi Belanda Tolak Kekerasan

Meskipun dikenal kaku, Salafi Belanda populer di kalangan anak muda dan tidak setuju dengan aksi-aksi kekerasan 

Hidayatullah.com--Lembaga Studi Migrasi dan Etnik Universitas Amsterdam membuktikan bahwa Muslim yang dikenal sebagai Salafi menentang kekerasan dan menolak menggunakan kekerasan sebagai alat untuk menyebarkan keyakinan mereka.

Masyarakat Barat secara umum mengotak-kotakan Islam ke dalam ortodoks, moderat dan liberal. Salafi selama ini dikenal dan dikategorikan sebagai kelompok Muslim yang ortodoks.

Para peneliti menyimpulkan bahwa Salafi adalah sebuah "gerakan ortodoks biasa". Pandangan mereka "kaku dan sepihak" tetapi tidak memerangi kehidupan bermasyarakat di Belanda.

Mereka berusaha untuk mendapatkan tempat dalam masyarakat, namun terhambat dengan gaya fanatik dalam keyakinan, sehingga menemui kesulitan dalam dunia kerja dan menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

Salafi dikenal sebagai kelompok yang berupaya mengikuti jejak tiga generasi pertama Muslim dan menghindari pembaharuan dalam agama (bid'ah). Mereka cenderung menghindari politik dan banyak ulama Salafi yang berbicara menentang jihad. Demikian tulis Radio Netherlands yang melansir penelitian tersebut (24/9/2010).

Maksud jihad dalam laporan itu adalah tindak kekerasan. Jihad oleh Barat seringkali disalahartikan sebagai perjuangan fisik dengan kekerasan.

Asosiasi dan masjid-masjid Salafi di Belanda sangat aktif berdakwah. Mereka banyak menyelenggarakan ceramah dan kursus yang biasanya disampaikan dalam bahasa Belanda, sehingga banyak menarik minat kaum muda.

Salafi Belanda tidak hanya terdiri dari orang-orang asal Maroko, tetapi juga Muslim keturunan Somalia dan warga asli Belanda.

Pemuda Muslim yang ekstrim, yang tertarik melakukan jihad (dalam pengertian Barat, yaitu tindak kekerasan, ed.), beroperasi di luar organisasi Salafi.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil laporan Dinas Intelijen Belanda AIVD yang juga dilansir Radio Netherlands dari NRC Handelsblad pada 18/12/2009 silam, yang menyebutkan bahwa meskipun bertahun-tahun Salafi berkembang pesat di Belanda, namun penganutnya semakin berkurang.

Bukan hanya penyesuaian diri dengan masyarakat yang jadi alasan kemunduran penganut salafisme, ajaran islam yang satu ini juga makin dianggap ekstrim. Alasannya: sejumlah penganut salafisme mengkombinasikan ajaran islam ortodoks mereka dengan aktivitas politik. Setelah beberapa insiden yang bermotif Islam di Belanda - seperti pembunuhan terhadap pembuat film Theo van Gogh - salafisme hampir selalu dianggap identik dengan terorisme. "Lagipula," tambah seorang peneliti AIVD. "Aliran salafi ini sangat keras menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Itu juga yang membuat peminat dan penganut salafisme berkurang. Apalagi di kalangan anak muda. Mereka rata-rata merasa "belum siap" menjalani islam fanatik semacam salafisme." Demikian NRC Handelsblad.

Menurut para peneliti dari Universitas Amsterdam, sulit menyebutkan berapa jumlah Salafi yang ada di Belanda, karena seringkali kelompok Muslim yang dikenal ortodoks menolak untuk berpartisipasi dalam jajak pendapat. Para akademisi itu memperkirakan jumlah Muslim ortodoks termasuk di luar kelompok Salafi sekitar 40.000 hingga 65.000. Jumlah itu sekitar 5% dari total Muslim di Belanda. Menurut peneliti kelompok ini "peka terhadap aliran Salafi". [di/rnw/hidayatullah.com]

 

Foto: Masjid Mevlana di kota Rotterdam.


latestnews

View Full Version