View Full Version
Rabu, 27 Oct 2010

Pengelola Wisma Setuju Dolly Ditutup

“Ditutup lebih cepat lebih bagus, saya masih bisa mencari nafkah bukan dari sini,” kata pengelola wisma

Hidayatullah.com--Wacana penutupan Dolly mendapatkan dukungan dari pengelola wisma. Namun, sebelum dilakukan penutupan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya diminta berpikir tentang baik buruknya penutupan itu.

"Secara pribadi saya setuju. Dolly ditutup lebih cepat lebih bagus. Saya masih bisa mencari nafkah bukan dari sini," kata Aksan-bukan nama sebenarnya-, salah satu pengelola wisma di lokalisasi Dolly, Rabu (27/10).

Pria yang pernah berkecimpung di bidang kontraktor itu menegaskan, sebelum dilakukan penutupan, Pemkot harus memikirkan dan mencarikan solusinya, untuk mengatasi permasalahan yang bakal terjadi jika dilakukan penutupan.

"Bagaiamana nasib ribuan pekerja dan masyarakat di sekitar sini, seperti pemilik kos-kosan, tukang cuci pakaian, tukang becak, dan PSK. Jangan hanya ditutup saja, tapi tidak ada solusi untuk menyelesaikannya. Itu akan menambah permasalahan baru," tuturnya.

Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Fuad Mahsuni , mengatakan, penutupan lokalisasi Dolly seharusnya sudah dilakukan sejak dulu. Selain tidak mendidik, Dolly juga merusak mental setiap generasi. Rencana penutupan Dolly harus dilaksanakan sesegera mungkin.

"Dolly sudah waktunya ditutup. Tidak mendidik, dan yang jelas Dolly itu merusak," katanya.

Meski harus ditutup sesegra mungkin, kata Fuad, tetapi penutupan tidak boleh dilakukan secara frontal. Harus ada sosialisasi terlebih dahulu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. CCTV yang rencananya akan dipasang juga bisa menjadi salah satu cara memeprcepat penutupan Dolly secara perlahan.

 

Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Baktiono sepakat dengan rencana Pemkot memasang CCTV di Dolly. Menurutnya, kamera itu juga efektif mengetahui perdagangan ilegal seperti narkoba maupun perdagangan (trafficking) manusia.

Sedang Ketua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Partai Bulan Bintang (PBB) Jatim Sudarno Hadi mengatakan, selain karena pertimbangan moral, pentingnya lokalisasi Dolly ditutup juga sebagai upaya memutus mata rantai kriminalitas di masyarakat. “Karena tindakan kriminal, seperti mengkonsumsi narkoba, minuman keras, kekerasan, pelecehan seksual, trafficking, hingga pemanfaatan uang korupsi, juga sering dilakukan di lokalisasi,” katanya.

engan begitu, menurutnya, penutupan Dolly bukanlah untuk menghancurkan perekonomian masyarakat. Malah bisa memperbaikinya, karena lokalisasi hanya tempat untuk menghambur-hamburkan uang dan memicu tindakan melanggar hukum yang sering berujung pada hancurnya kehidupan rumah tangga.  “Yang untung dari keberadaan lokalisasi itu kan hanya mucikarinya saja,” tegasnya. [det/sur/hidayatullah.com]


latestnews

View Full Version