View Full Version
Kamis, 28 Oct 2010

Mudah-mudahan, Mbah Maridjan bukan ''sujud'' untuk Merapi!

Berita tentang Mbah Marijan "sujud" cepat menyebar. Fotonya dimuat di berbagai media, mengalahkan musibahnya sendiri 
Hidayatullah.com—Semenjak musibah gunung Merapi terjadi, tak ada nama yang paling disebut-sebut orang selain Mbah Maridjan atau Ki Surakso Hargo.
Juru Kunci Gunung Merapi (Kuncen, red) ini, adalah nama yang paling banyak diberitakan media. Mulai harian, TV, radio sampai media online, semua membicarakannya. Tak terkecuali jejaring social Facebook dan Twitter.
Foto-foto Mbah Maridjan yang dikabarkan ikut menjadi korban meninggal dunia akibat semburan awan panas letusan Gunung Merapi, terpampang di mana-mana.
Tak urung, kabar yang menyebut Mbah Maridjan meninggal dalam posisi “bersujud” langsung mengundang rasa penasaran publik dunia maya. Foto tentangnya pun langsung beredar luas di internet.
Sebagian ada yang tahu siapa Mbah Maridjan, bahkan simpati dan ikut mendoakan. Namun ada juga yang justru mengangap pemberitaan tentangnya sangat berlebih-lebihan.
“Mbah Maridjan bukan juru kunci itu yang meninggal? Mudah-mudahan amalnya diterima Allah, “ ujar Yusuf (35), seorang manajer keuangan di sebuah perusahaan penerbitan.
Lain lain dengan Mohammad (38). Pria asal Surabaya yang bekerja sebagai manajer pemasaran media kaget melihat pemberitaan Mbah Maridjan yang luar biasa di akun Facebooknya.
“Seharian penuh semua media orang membahas sosok Mbah Maridjan. Sampai-sampai mengalahkan dan mengabaikan musibahnya itu sendiri, “ ujarnya pada hidayatullah.com
Berbeda dengan Ama Farah (32), wanita asal Depok yang sehari-hari bekerja sebagai penulis ini punya catatan tentang sujud nya Mbah Maridjan.
 
“Aku bukan ingin berburuk sangka, mudah-mudahan “sujud” nya Mbah Maridjan bukan “sujud” untuk Merapi, “ ujarnya. Sebab ia banyak membaca, keengganan Mbah Maridjan turun gunung diakibatkan kepatuhannya pada titah Sultan HB IX, meski jelas tahu berbahaya.
“Dalam kaidah fikih, ada istilah, ‘Laa dharara wala dhirara", dilarang seseorang membahayakan diri sendiri, apalagi orang lain. Tanda-tanda musibah yang membahayakan kan sudah jelas, ujar Mariadi (43), seorang guru agama asal Sidoarjo mengomentari keengganan Mbah Maridjan turun gunung.
“Ya sudah takdirnya di situ, ” tambah pria asal Probolinggo ini.
Sebagaimana diketahui, seorang anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Slamet, Rabu (27/10) pagi menemukan sosoknya dalam posisi “sujud” di dalam kamar mandi rumahnya.
Mayat Mbah Maridjan tertimpa reruntuhan tembok dan pohon. Sementara  kondisi dusun sekitar tempat tinggalnya mengalami kerusakan yang sangat parah, hampir semua rumah dan pepohonan roboh.
Menurut rencana, Mbah Maridjan bersama kerabatnya, Udi Sutrisna dan Narudi akan dimakamkan di Srungen, Telagasari, Cangkringan, Sleman.[cha/hidatullah.com]
foto: tribun

latestnews

View Full Version