Hidayatullah.com--Jumlah penentang perang AS di Afghanistan naik dan angkanya mencapai yang tertinggi selama ini, demikian menurut survei terbaru yang dilakukan oleh CNN/Opinion Research Corporation.
Sekarang, rakyat Amerika yang menentang perang di Afghanistan mencapai 63%. Hanya 35% rakyat Amerika yang menyatakan masih mendukungnya.
Meningkatnya oposisi terhadap keberadaan AS di Afghanistan seiring dengan naiknya pesimisme atas perang yang sedang berlangsung. Menurut jajak pendapat yang digelar 17-19 Desember 2010 itu, 56% warga AS yakin bahwa keadaan memburuk bagi keberadaan Amerika Serikat di Afghanistan.
"Perang tidak selalu tidak populer--kembali ke bulan Maret, ketika sebagian besar berpendapat bahwa perang berjalan dengan baik, negara ini terpecah secara rata. Tapi di bulan September, jumlah orang yang mengatakan keadaan baik-baik saja bagi AS di Afghanistan menurun hingga 44%, dan penentang perang meningkat menjadi 58%," kata Direktur Jajak Pendapat CNN Keating Holland.
"Hari ini, di saat orang Amerika tetap pesimistis atas situasi di Afghanistan, mereka juga tetap menentang perang."
Meskipun tipis, kelompok Partai Republik dan aktivis Tea Party tetap cenderung mendukung perang.
Rinciannya: Tea Party 52% mendukung perang dan 45% menentang perang; Republik 52% mendukung dan 44% menentang; Konservatif 49% mendukung dan 48% menentang.
Mayoritas penentang ada di kelompok Demokrat dengan 74% menentang dan 24% mendukung. Liberal 80% menentang dan 20% mendukung. Independen 63% menentang dan 35% mendukung. Moderat 66% menentang dan 32% mendukung.
Rupanya besaran pendapatan warga juga memiliki peran penting dalam menentukan sikap. Terbukti 70% orang dengan pendapatan di bawah USD 50.000 setahun menyatakan menentang perang. Sementara orang dengan pendapatan di atas USD 50.000 setahun hanya 54% yang menyatakan menentang perang AS di Afghanistan.
Tahun 2010 dinyatakan banyak pengamat sebagai tahun mematikan di Afghanistan, tidak hanya bagi warga sipil tapi juga bagi prajurit yang ikut perang.
Los Angeles Times yang mengutip laporan PBB menyebutkan, korban sipil di 10 bulan pertama 2010 jumlahnya 20% lebih banyak dibanding periode sama tahun sebelumnya.
Menurut data iCasualties, selama sembilan tahun perang di Afghanistan, jumlah pasukan asing yang tewas di sana pada 2010 mencapai angka tertinggi yaitu 700 personil. Sementara pasukan AS yang tewas hampir mencapai 500 orang.
Diperkirakan masih terdapat 140.000 pasukan asing di Afghanistan. Tahun lalu Presiden AS Barrack Obama memerintahkan 30.000 personil militernya dikirim ke Afghanistan. Dia berjanji kepada PBB akan mulai menarik pasukannya mulai Juli 2011.[
di/huf/hidayatullah.com]