Hidayatullah.com--Gagalnya usaha Theodore Herzl, bapak gerakan Zionisme, membujuk Khalifah Abdul Hamid II agar menjual sebagian tanah di Palestina untuk dijadikan sebuah negara Yahudi membuat kaum Yahudi berang.
Mereka sadar, kaum Yahudi tidak akan pernah bisa mendirikan negara Yahudi selama Khilafah Islam masih berdiri. Sejak itu, mereka bergerak membuat makar secara sistematis dan jangka panjang untuk meruntuhkan khilafah. Mulai dari memecah belah persatuan Daulah Islam dengan menebar paham nasionalisme, hingga memunculkan tokoh seperti Mustafa Kemal yang akhirnya menggulingkan khilafah dari dalam. Sejak itu, impian mereka mendirikan negara Yahudi di Palestina terwujud, meski dilakukan dengan cara-cara ilegal, pembantaian, dan pengusiran.
Sebagai negeri dengan penduduk Islam terbesar di dunia, pengakuan Indonesia terhadap negara Israel sangat penting bagi bangsa Zionis itu. Namun hal itu mustahil, karena Indonesia menentang segala bentuk penjajahan. Termasuk penjajahan yang dilakukan Israel terhadap Palestina.
Menjalin hubungan diplomatik akan sulit dilakukan. Meski demikian, kerjasama rahasia kedua negera telah berlangsung cukup intens. Agar tidak mendapatkan reaksi keras, pendekatan non-politis menjadi pilihan. Yakni melalui kerjasama perdagangan, intelijen, teknologi, dan kemanusiaan -seperti masalah kesehatan. Akankah hal tersebut menjadi langkah gradual Israel untuk mendapatkan pengakuan dari Indonesia? Atau mungkin lebih dari itu.
Berikut temuan Hidayatullah.com tentang aksi Zionisme di negeri ini. Meski tidak membongkar keseluruhan aksi mereka, setidaknya bisa memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang bisa ditelusuri di masa datang:
Penulis laporan: Surya Fachrizal Ginting, Ibnu Syafaat, Bilal Muhammad, Ainuddin Chalik, Syaiful Anshor, Dija. [*]