Kamis, 10 Maret 2011 Hidayatullah.com -- Organisasi Islam tertua di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU) akan mengintensifkan kegiatan pengajaran dan pembinaan kerohanaiaan Islam di lembaga lembaga pemasyarakatan (Lapas) dan rumah tahanan (Rutan). Kegiatan ini sebagai kelanjutan program dakwah LDNU sebelumnya.
Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Pusat DR KH Zakky Mubarak, MA, menjelaskan kegiatan pembinaan rohani di Lapas dan Rutan sudah dilakukan sejak lama, khususnya di LP CIpinang.
"Selain ceramah, da'i dari LDNU di juga melakukan kegiatan mengajar materi Keislaman dan pembinaan," kata Zakky ditemui hidayatullah.com di kantornya Jl Kramat Raya Jakarta, Rabu (10/3).
Dosen Kajian Timur Tengah dan Islam di Universitas Indonesia ini baru menjabat sekitar 5 bulan lalu. Ia mengatakan, program pembinaan yang akan digiatkannya tersebut merupakan program kerja pengurus periode sebelumnya.
Selama ini, jelas dia, yang aktif mengisisi pembinaan di LP Cipinang dari LDNU ada 6 orang muballigh. Namun kegiatan bina rohani ini beberapa waktu sementara ini tersendat seraya menunggu rekoordinasi dari pihak Lapas selanjutnya.
"Kedepannya kegiatan pembinaan ini akan terus kita digiatkan dan bukan hanya di LP Cipinang," imbuh Zakky.
Untuk penggemblengan tenaga pembina, LDNU rutin mengadakan workshop dan pelatihan da'i yang diadakan di Jakarta dengan perserta para kader NU dari berbagau daerah yang direkomendasikan. Pelatihannya diadakan selama 4 hari full.
Lapas lapas yang ada di daerah pun menjadi perhatian LDNU. Untuk lapas di wilayah ini akan ditangani langsung oleh pengurus LDNU cabang dan wilayah masing masing, bekerjasama dengan pihak lapas dan rutan.
Belum lama ini LDNU juga menggelar "Simposium Nasional Deradikalisasi Agama" bekerjasama dengan Kementerian Pertahanan RI, yang dihadiri tidak kurang dari 550 anggota NU dari seluruh Indonesia.
Menyikapi maraknya pertentangan antar penganut agama Islam yang dipicu perbedaan pendapat dalam masalah khilafiyah, Zakky menghimbau kepada umat Islam untuk bersikap Ummatan wasathan, yakni menjadi umat yang serasi seimbang.
Sebab, kata dia, tidak bisa dielakkan bahwa selau saja ada 2 kubu yang selalu berbenturan, yaitu kelompok liberal yang sangat bebas dan longgar dan kalangan fundamental yang sangat tekstual.
Dua kelompok ini harus disatukan dengan semangat Ummatan Wasathan dengan pendekatan tawazzul (keseimbangan), tawassuth (jalan tengah), ta'addud (bersikap adil), dan tasaamuh (bijaksana, toleran).
"Jika tidak mengkedepankan sifat tersebut, maka yang terjadi adalah hubungan yang rigid (kaku) antar sesama umat Islam," ujar dia. *