Kamis, 17 Maret 2011 Hidayatullah.com—Sibuknya banyak pihak dan saling tuduh dalam masalah peledakan bom buku di Kantor Radio KBR 68 H, Utan Kayu, Jakarta, membuat Abdurrachim Ba'asyir, putra Abubakar Ba'asyir, angkat bicara. Menurut pria yang juga menjabat Ketua Bidang Dakwah Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) ini, kecil kemungkinan aksi-aksi itu dilakukan kelompok Islam yang punya pendirian kuat dalam syariat Islam yang banyak dikenal selama ini. Apalagi jika dilakukan anggota organisasinya hanya untuk mentarget seorang Ulil Abshar Abdalah. “Rugi untuk ngebom seorang Ulil. Jika melakukan itu, malahan ia bisa disanjung jadi pahlawan,” ujarnya saat dihubungi hidayatullah.com, Kamis (17/3). Menurutnya, ia sekalian menyampaikan pendapat ini, berhubung telah menerima SMS tidak jelas di mana isinya kasus bom ini diarahkan pada organisasinya. Bahkan sepengetahuannya, apa yang dilakukan organisasinya di Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) atau organisasi seperti Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) selama ini justru melawan pemikiran dan gerakan Ulil di Jaringan Islam Liberal (JIL)-nya dengan mengajak berdebat, dengan hujjah dan dakwah bil qalam (tulisan). Karenanya, organisasi seperti JAT tak punya program seperti itu. “Menegakkan syariah itu program jangka panjang dan tak bisa selesai dengan satu atau dua bom. Menegakkan tauhid butuh lama dan tak sedikit,” tambahnya. Apalagi, menurutnya, ide-ide Ulil Abshar di JIL dinilai sejak lima tahun belakangan ini terbukti kurang laku di pasaran. Bahkan berbagai ide liberalnya banyak menerima perlawanan dari ormas Islam atau gerakan-gerakan Islam. Lagi pula, ia menilai, telah banyak bantahan dan hujjah yang jauh lebih hebat dari gagasan Ulil itu sendiri. “Broker Asing” Meski demikian Abdurrahim tak menampik masih melihat banyak anak-anak muda yang suka aksi-aksi sesaat seperti ini. Hanya saja, ia merasa, anak-anak muda itu adalah kelompok yang ‘dimanfaatkan’ situasi dan dikendalikan ‘para broker’. “Kemungkinan ada kaitan dengan para ’broker’ yang sedang berjualan di Indonesia,” ujarnya. Dengan adanya aksi-aksi seperti ini, sekedar menunjukkan bila Indonesia masih banyak benih-benih ‘teror’, ujarnya. Aksi ‘teror’ inilah yang bisa jadi alasan para ‘broker’ untuk mencari dukungan dan memberangus Islam di Indonesia, tambahnya. Sayang, ia tak menjelaskan apa dan siapa yang dimaksud dengan ‘broker’ tersebut. Asumsi lain, menurut Abdurrachim, aksi bom ini bisa juga sebagai pengalihan isu sidang ayahnya, Abubakar Ba’asyir agar tidak mendapat simpati masyarakat Indonesia. “Dengan kejanggalan kasus teleconfrence kemarin bisa jadi alasan agar publik tak simpati pada ustad Abu yang kini mulai kebanjiran dukungan. Dengan adanya bom, publik diharapkan berbalik dukungan dan membenci ustad, “tambahnya. *