Hidayatullah.com--Kontroversi soal penyergapan Usamah bin Ladin di Abbottabad, Pakistan, yang berujung kematian pemimpin Al-Qaidah itu belum berakhir. Lewat surat yang ditujukan kepada harian besar Amerika Serikat, New York Times, putra keempat Usamah, Omar bin Ladin, mengecam tindakan Negeri Paman Sam tersebut.
Atas nama keluarga Usamah, Omar menganggap ditembaknya sang ayah hingga tewas padahal tak bersenjata itu jelas-jelas telah melanggar hukum internasional. Pria yang kini tinggal di kawasan Teluk Persia itu pun meminta PBB menyelidiki peristiwa tersebut.
Pria 30 tahun itu membandingkan nasib sang ayah dengan dua diktator yang dianggap bernasib lebih baik, Saddam Hussein dan Slobodan Milosevic. Keduanya ditangkap hidup-hidup dan diadili. Meski oleh AS, Saddam akhirnya divonis mati dengan cara dihukum gantung. Adapun Milosevic tewas di selnya saat masih menjalani proses pengadilan di Pengadilan Kriminal Internasional, Den Haag, Belanda.
Karena itu, Omar berencana menuntut pemerintahan Presiden AS Barack Obama. Itu dilakukan jika dalam waktu 30 hari Obama tidak memberikan jawaban tentang mengapa ayahnya ditembak mati, bukan ditangkap hidup-hidup. Untuk menuntut jawaban tersebut, Omar akan membentuk panel yang berisi para pengacara tenar dari Inggris dan AS.
"Presiden Obama telah memerintahkan penembakan pria dan perempuan yang tidak bersenjata," ucap Omar dalam suratnya, seperti dikutip The Guardian kemarin (11/5). Selain Usamah, dalam penyergapan 1 Mei lalu itu, ikut tewas empat orang lain, yakni tiga pria dan seorang perempuan. Salah seorang di antara mereka adalah salah satu di antara 12 anak Usamah, Khalid.
"Keluarga (Usamah) ingin mengetahui kenapa seorang pria tak bersenjata tak ditangkap dan diadili hingga kebenaran bisa dibeberkan di hadapan warga dunia," lanjut Omar dalam suratnya.
Omar menikahi perempuan Inggris yang berusia 25 tahun lebih tua, Jane Felix-Browne, pada 2007.
Setelah masuk Islam, Jane mengubah namanya menjadi Zaina Mohamed bin Ladin. Pasangan Omar-Jane pernah hampir memiliki anak melalui metode ibu pengganti karena usia Jane yang sudah tak memungkinkan untuk mengandung.
Tapi, tahun lalu impian itu musnah setelah sang ibu pengganti, Louise Pallard mengalami keguguran. Tak lama setelah itu, Omar dan Jane berpisah. Namun, belakangan, seperti dilansir Daily Mail, mereka berbaikan lagi. Upaya Daily Mail meminta komentar langsung Omar soal surat itu tak membuahkan hasil. E-mail dan telepon dari koran Inggris tersebut tak berbalas.
Yang jelas, dalam surat tersebut Omar juga mengecam cara penguburan sang ayah yang dinilainya sebagai suatu penghinaan, yaitu "dibuang" ke laut. Tapi, yang kontradiktif, di satu sisi Omar mengecam cara pemakaman sang bapak, di sisi lain juga menegaskan belum percaya sepenuhnya bahwa sang ayah telah meninggal. Dia lantas menuntut foto jenazah pria kelahiran Jeddah, Arab Saudi, 54 tahun silam tersebut ditunjukkan kepada publik.
Obama, sebelumnya, menegaskan bahwa pihaknya tak akan merilis foto itu dengan alasan keamanan nasional. Tapi anehnya, Gedung Putih tetap melansir foto jenazah tiga pria lain yang tewas dalam penyergapan di Abbottabad tersebut.
Karena tekanan yang terus bertubi agar pemerintahan Obama menunjukkan foto jenazah Usamah berdasar Undang-Undang Kebebasan Informasi, kemarin CIA menawarkan kepada sejumlah legislator terpilih untuk melihat foto tersebut di markas mereka. Tapi, belum jelas kapan itu akan dilaksanakan.
Sementara itu, dalam interogasi yang hasilnya dibocorkan oleh kanal televisi ABC News, tiga janda Usamah yang ditahan Pakistan mengungkapkan bahwa operasi AS tersebut gagal menewaskan sang putra mahkota Usamah, Hamza.
Seorang pejabat Pakistan mengakuinya. Namun, mereka saat ini tak tahu di mana pemuda 20 tahun itu berada. AS khawatir pemuda yang sudah sangat terlatih melakukan teror tersebut akan memimpin upaya balas dendam atas kematian sang bapak.*
Sumber : jp/ttg
Rep: CR-3
Red: Cholis Akbar