View Full Version
Rabu, 24 Aug 2011

Islam Bertapak di Tanah Bikini-mini dan Karnival


 


Hidayatullah.com--“As-salamu’ alaikum,” ucap Umar kepada para jemaah semasa memasuki masjid pertama di Rio yaitu Mesquita da Luz, selepas ia berbuka puasa.

Itulah antara bahasa Arab yang Umar tahu dan ia buru-buru meneruskan perbincangannya dalam bahasa Portugis bersama teman-teman Islam yang lain, yang sepertinya baru memeluk agama tersebut di negara dengan penganut Kristen Katolik terbesar ini.

Di tanah yang lebih terkenal dengan bikini-mini dan karnival mewah yang memaparkan wanita yang berpakaian minim, satu kelompok kecil dan kini sedang bertambah besar, orang Brazil dari berbagai kaum telah memeluk agama Islam.

Selama beberapa dekade, hanya keluarga berketurunan dari Libya, Palestina dan Suriah saja yang mengamalkan Islam di Brazil.

Umar, yang empat tahun lalu merupakan seorang pendeta dari sebuah gereja setempat, menceritakan mengapa ia memeluk Islam.

“Dalam Islam, saya menjumpai semua benda yang tengah saya cari. Saya jumpa Tuhan sebagaimana yang Dia mahu, tanpa melakukan adaptasi,” kata Umar, 34 dikutip AFP.

Berpakaian jubah panjang djellaba, ia enggan memberikan nama sebenarnya, tetapi hanya memberikan nama Muslim nya, sebagai nama barunya, Umar Israfil Dawud bin Ibrahim.

"Pada saat ini, Anda akan belajar bahawa Islam adalah salah satu agama monoteistik. Tidak ada prejudis terhadap agama ini," kata Umar, yang berada di sisi isterinya, Alessandra Faria, yang menggunakan nama “Fatima” selepas memeluk Islam dan membuat keputusan untuk memulai menggunakan jilbab.

“Pada awalnya, ibu saya amat takut untuk berada di luar dengan saya. Saya pakai jilbab untuk menunjukkan saya Muslimah dan sadar bahwa saya adalah sebagian dari golongan minoritas,” kata Fatima.

Hijab Fatima mungkin menarik perhatian karena ia sangat ganjil di Rio, yang rata-ratanya lebih lumrah melihat wanita-wanita berjalan hanya dalam bikini-mini di tepi laut, namun ia percaya kepercayaannya akan ada tempat di Rio.

“Brazil adalah satu tempat berbagai budaya. Campuran ini menyebabkan orang Brazil sedang beradaptasi dan toleransi.”

Seperti umat Islam di sini, Umar and Fatima adalah orang baru dalam Islam. Mereka berencana untuk berkunjung ke Arab Saudi tahun depan dalam sebuah undangan beasiswa dari pemerintah Saudi untuk belajar bahasa Arab.

Renovasi di masjid yang mereka hadiri di pinggiran utara Rio Tijuca mulai berlangsung empat tahun lalu dengan sumbangan dari para jamaah. Masjid ini akan segera menampung sekitar 400 jamaah shalat, sebuah kenaikan yang ketara.

“Jumlah umat Islam semakin bertambah, dan banyak orang Brazil telah memeluk Islam. Kita mencari anggota baru secara online,” kata Sami Isbelle, jurubicara Beneficent Muslim Society (SBMRJ).

“Di Rio, terdapat 500 keluarga Muslim, 85 persen adalah orang Brazil yang berganti agama tanpa ada hubungan dengan Arab,” kat Isbelle.

Berlainan pula di Sao Paulo dan bagian selatan Brazil, di mana kebanyakan umat Islam dilahirkan sebagai Islam dan berketurunan Arab.

Sementara itu, sensus Brazil tidak mengambil data jumlah umat Islam, tapi hanya mengeluarkan data mengenai Katolik, Kristen evangelis, orang-orang Yahudi, spiritualis dan pengikut agama Afro-Brazil.

“Muslim dikategorikan dalam senarai ‘agama lain-lain’ bersama Buddha, sebagai contoh,” kata pakar Islam Paulo Pinto dari Fuminense Federal University, yang menengarai Brazil adalah kediaman bagi sejuta umat Islam.

Indikasi terbaik terhadap perkembangan Islam di negara ini adalah dalam peningkatan tempat beribadat, ujar Pinto. Sekarang ini terdapat 127 masjid, empat kali lebih banyak berbanding tahun 2000.

Selepas serangan 11 September di Amerika Serikat (AS), “ada perkembangan minat terhadap Islam dan banyak yang ingin memeluknya,” tambah Pinto.

“Islam kini dilihat sebagai bentuk baru perlawanan.”

Sebuah “telenovela” yang dilancarkan tiga minggu selepas serangan 2001, “The Clone” menyemarakkan minat orang Brazil terhadap Islam.

Bertempat di Morocco, drama popular itu telah menunjukkan “imej positif bagian dunia tersebut, dengan seroang pahlawan yang baik hati,” kata Pinto.

"Terdapat kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya Brazil, yang liberal dan sensual seperti yang ada, bertentangan dengan kaedah-kaedah Islam.
Tapi pada kenyataannya, ada aturan konservatif yang merupakan bagian dari kontrol moral dan seksual. Lihatlah berapa banyak evangelis Kristen sukses di Brasil!"*/rossem, AFP


latestnews

View Full Version