View Full Version
Rabu, 16 May 2012

100 Janda Nikah Massal Perdagangan Pun Terhenti


 

Rabu, 16 Mei 2012

Hidayatullah.com—Selasa 15 Mei 2011 bisa jadi menjadi hari bersejarah bagi sebagian warga kota Kano di Negeria, sehubungan dengan nikah massal pertama yang digelar di daerah itu sehingga menyedot perhatian penduduk.

Pagi hari ratusan ribu orang di kota yang terletak di sebelah utara Nigeria tersebut menyaksikan pernikahan 100 janda beserta pasangan mereka. Akibatnya, kegiatan perdagangan di kota itu pun sempat terhenti.

Pernikahan di gelar di Istana Amir Kano. Imam besar Masjid Agung Kano Profesor Sani Zaharuddin memimpin upacara pernikahan yang juga dihadiri oleh Amir Kano, Ado Bayero.

Pernikahan massal ini merupakan prakarsa Amir Kano, yang ingin mempromosikan nilai keutuhan keluarga di tengah-tengah meningkatnya perceraian di Nigeria.

Para calon pasangan baru ini lebih dulu mendapat bimbingan pernikahan. Para pria yang mengikuti program nikah massal ini diharuskan berkomitmen untuk mempertahankan perkawinan dan mereka tidak boleh bercerai tanpa ada persetujuan dari Badan Hisbah --lembaga pemerintah yang menangani urusan sosial.

Badan Hisbah adalah lembaga yang mengurus penyelenggaraan nikah massal ini. Lembaga ini juga yang menyeleksi kesehatan para mempelai, untuk memastikan bahwa pasangan yang menikah tidak mengidap penyakit berbahaya, termasuk HIV/AIDS.

Direktur Jenderal Badan Hisbah Alhaji Abba Sufi mengatakan, hari pernikahan seratus janda itu merupakan hari yang paling membahagiakan dalam hidupnya, lansir media Nigeria, Punch (16/05/2012).

Menurut keterangan Sufi, seratus pasangan lain akan menyusul dalam pernikahan massal gelombang selanjutnya.

Tidak kurang dari 1.800 lembar formulir dibagikan kepada warga, dan 100 di antaranya dipilih untuk mengikuti acara nikah massal tersebut.

Di antara pasangan yang menikah, terdapat dua orang mantan penganut Kristen yang kini telah memeluk Islam. Salah satu dari mereka bernama Isah Brakar, yang berasal dari Langtang, negara bagian Plateau.

Pasangan yang kebanyakan kaum dhuafa tersebut tidak membayar sepeserpun untuk pernikahannya. Semua biaya ditanggung pemerintah.

Selain dibayarkan maharnya, setiap pasangan mendapat bantuan 100.000 naira untuk membeli perabotan.

Sejumlah 20.000 naira lainnya diberikan kepada para istri, yang diperuntukan membuka usaha agar mereka dapat memiliki sumber penghasilan dan membiayai kehidupan perkawinannya.

Seorang ulama terkemuka yang juga pengusaha sukses setempat Ishsyaku Rabiu, menyumbang 1 juta naira untuk membayar mahar semua pasangan tersebut.*

 

Rep: Ama Farah
Red: Dija


latestnews

View Full Version