View Full Version
Kamis, 24 May 2012

Kristen Mesir Semua Coblos Ahmad Shafiq


 

Kamis, 24 Mei 2012

Hidayatullah.comUmat Kristen Mesir berbondong-bondong menuju tempat pemungutan suara untuk mencoblos calon presiden pilihan mereka, yang tentu saja bukan orang yang terang-terangan berpihak pada Islam.

“Saya tidak ingin (capres) Islamis. Jika mereka mendapat kekuasaan, saya akan menentangnya. Mereka akan bilang saya mengkritik agama mereka, dan siapa yang tahu apa yang akan mereka perbuat pada saya? Kami tidak bisa bicara dengan mereka,” kata Sanaa Rateb, wanita berusia 57 tahun usai memberikan suaranya, sebagaimana dikutip Al Mishry Al Yaum (23/5/2012).

Rateb kesal terhadap pihak-pihak, termasuk Al Ikhwan, yang keberatan jika penganut Kristen atau wanita mencalonkan diri sebagai presiden.

“... Mana prinsip kewarganegaraan dalam hal ini? Saya punya hak, sebagai wanita atau Koptik, untuk maju sebagai presiden jika saya mau,” katanya.

Seorang pemuda Kristen bertato salib di pergelangan tangannya, Nassim Ghaly, berkomentar agak halus. “Tuhan melindungi kami jika Islamis menduduki kekuasaan, dan mereka mengontrol parlemen serta kepresidenan pada saat yang sama.”

Seperti semua umat Kristen yang ditanyai pada Rabu kemarin, Rateb dan Ghaly memilih Ahmad Shafiq sebagai presiden mereka.

Gereja Koptik Mesir, di mana pemimpin tertingginya Paus Shenouda III wafat Maret lalu, tidak terus terang mendukung salah satu calon. Namun, menurut Mary -yang tidak ingin menyebutkan nama belakang keluarganya- komunitas Koptik Mesir “semuanya memilih Shafiq.”

Ahmad Shafiq adalah bekas kepala staf angkatan udara mesir dan sebentar menjabat sebagai perdana menteri di akhir masa pemerintahan Husni Mubarak.

Ghaly membela Shafiq yang oleh sebagian kalangan dijuluki “feloul”, orang yang pernah menjadi bagian dari rezim terdahulu.

“Jika Shafiq feloul, maka lami semua feloul,” kata pemuda itu.

Komunitas Kristen Koptik (Qibty) di Mesir mencakup 6-10 persen dari 8 juta jumlah total populasi.

Orang-orang Koptik menginginkan negara sipil yang menjamin kebebasan semua agama, kata Sanaa Halim, wanita berusia 60-an tahun.*

 

Rep: Ama Farah
Red: Dija


latestnews

View Full Version