Senin, 08 Oktober 2012
Hidayatullah.com—Ribuan orang telah terbunuh sejak aksi protes besar rakyat atas rezim Suriah dimulai pada pertengahan Maret 2011 dan puluhan di antara dibunuh atas perintah jelas dari penguasa Suriah termasuk di antaranya putra mufti besar Suriah, demikian menurut bocoran dokumen rahasia yang didapat Al Arabiya.
Satu file berjudul “Perintah Operasional” dikirim oleh cabang intelijen luar negeri Suriah kepada agen bernama Samir Haddad untuk “mengenyahkan para aktivis di berbagai provinsi.” Orang-orang yang menjadi target disebut dalam kode angka dan bukan dengan nama-nama mereka. Dokumen bertanggal 29 Juli 2011 diyakini memegang peran penting dalam pembunuhan sejumlah aktivis terkemuka, yang kemudian memicu aksi demonstrasi rakyat semakin meluas. Anggota politbiro Front Nasional Suriah Dr Hassan Shalabi kepada Al Arabiya (7/10/2012) mengatakan, “Rezim mengetahui ada sejumlah orang yang menjadi penyulut sebenarnya revolusi ini. Tetapi orang-orang tersebut tidak secara khusus diidentifikasi. Oleh karenanya perintah terbuka diberikan kepada milisi Shabiha [paramiliter yang terdiri dari warga Suriah penganut Syiah Alawi] dan agen intelijen untuk memilih siapa saja yang akan mereka bunuh yang menurut mereka adalah para 'instigator'.” Termasuk korban pertama dari perintah itu adalah Ghiath Matar, pemuda yang memimpin demonstrasi damai di Daria. Dia ditangkap dan kemudian dibunuh pada bulan September 2011. Surat perintah lain bertanggal 5 Agustus 2011 berisi perintah pembunuhan para aktivis di Duma, dekat Damaskus. Surat perintah pembunuhan aktivis ketiga ditandantangi kepala cabang 291 intelijen angkatan udara bagian misi khusus, Brigadir Saqr Mannon pada tanggal 28 September 2011. Surat itu memerintahkan Letkol Suhail Hassan untuk segera pergi ke wilayah utara, yang termasuk Aleppo, untuk membunuh Saria Hassoun, putra dari Mufti Besar Suriah Syeikh Ahmad Badaruddin Hassoun. Saria Hassoun ditembak mati di jalan raya Idlib-Aleppo dekat Universitas Ibla. Dia meninggal di Rumah Sakit Nasional Idlib dengan dua peluru, satu di dada dan satu di perut. Mufti Besar Suriah Syeikh Ahmad Badaruddin Hassoun dikenal dengan sikapnya yang membela rezim Suriah. Pemerintah Damaskus kemudian menuding kelompok oposisi sebagai pelaku pembunuhan putra mufti itu. Dengan membuat tuduhan palsu itu rezim Assad berharap mendapatkan simpati dari rakyat untuk melawan oposisi.*
Red: Dija