View Full Version
Selasa, 16 Oct 2012

Iran dan Syiah Dinilai Lakukan Pemutarbalikan Fakta Kasus Suriah



 
dengan rata-rata kematian 200 jiwa per hari di Suriah

Selasa, 16 Oktober 2012

Hidayatullah.com—Membahas kekejaman rezim Bashar al Asaad tidak bisa cuma sehari. Demikian disampaikan oleh ulama kelahiran Suriah, Syaikh Ghayyats Abdul Baqi Ibrahim ketika menjadi pemateri di acara “Tabligh Akbar dan Aksi Solidaritas untuk Suriah” yang diselenggarakan oleh KODAS (komunitas da’wah dan Sosial) di masjid Istiqomah Bandung, belum lama ini.

Dalam acara itu, ia banyak bercerita tentang berbagai bentuk penyiksaan yang dialami oleh kaum Sunni di Suriah.

Perempuan  dan anak-anak tidak luput dari berbagai bentuk penyiksaan. Tentara rezim ini bahkan memperkosa lalu membakar para perempuan dan membuangnya begitu saja, anak-anak dibantai di depan orangtuanya dan begitupula sebaliknya.

“Apakah Yahudi juga melakukan hal sekejam ini?” demikian ungkap Syeikh Ghayyats.

Menurut Ghayyas, rakyat Suriah telah melakukan demonstrasi dengan meneriakkan selogan – slogan perdamaian tetapi rezim Nushairiyah (aliran Syiah yang menguasai elit politik di Suriah, termasu keluarga Bashar) ini membalasnya dengan menghujani rakyatnya sendiri dengan bom dari tank-tanknya. [baca: Nushairiyah: Ideologi Di Balik Krisis Suriah]

“Tak hanya itu rezim ini juga menghinakan masjid - masjid milik kaum muslimin dengan merusaknya dan membakar mushaf - mushaf Al-Quran yang terdapat di dalamnya.”

Selain Ghayyas, acara ini juga dihadiri Angga Dimas Pershada, relawan dari Hilal Ahmar yang ikut terjun langsung ke tempat-tempat pengungsian  di Suriah. Menurut catatan Hilal Ahmar, angka kematian di Suriah begitu fantastis hingga mencapai 35 ribu jiwa, dengan rata-rata kematian 200 jiwa per hari.

Belum lagi ditambah dengan jumlah pengungsi yang tidak terdaftar, karena  pengungsi yang tidak terdaftar itu jumlahnya dua kali lipat dari pengungsi yang terdaftar.

Menurut Angga,  konflik yang terjadi saat ini di Suriah adalah konflik agama antara kaum Syiah dan non-Syiah. Hanya saja yang terjadi, Iran dinilai telah ikut melakukan pemutar-balikan fakta di media-media, seolah-olah pemberontak di Suriah dibantu oleh Amerika Serikat (AS) dan Zionis-Israel. Sedangkan rezim Syiah-Nushairiyah dihembuskan paling depan melawan pemberontak yang didukung Amerika dan Zionis-Israel.

Padahal, menurut Angga, berita itu sangatlah tidak benar. “Bagaimana mungkin Amerika mau membantu perjuangan rakyat Suriah, lembaga kemanusiaan saja yang berasal dari Amerika tidak ada di sana.”

Bahkan baru-baru ini, umat Islam Indonesia disuguhi berita bahwa Turki marah karena roket-roket dari rezim militer Suriah menghantam daerah perbatasan di Turki yang mengakibatkan meninggalnya 5 warganya. Padahal kenyataannya terbalik.

“Sebenarnya hal itu sudah sangat sering dilakukan oleh Suriah, saya mempunyai saksi hidupnya yaitu akhi Fathi (sesama relawan Hilal Ahmar, red). Beliau berada persis di pengungsian perbatasan Suriah – Turki saat roket-roket dari Suriah jatuh di daerah pengungsian. Saking kejamnya rezim ini, rakyatnya yang sudah mengungsi ke Turki saja masih menjadi sasaran,” tutur relawan yang juga pernah ke Palestina ini.

Sementara itu,  Yusuf Burhanuddin, Lc,  Ketua Litbang Pemuda Persis yang juga jadi pembicara terakhir menyatakan bahwa sebagai kaum Muslimin harus mengetahui tentang sejarah dari konflik-konflik seperti ini agar tau mana lawan dan mana kawan semakin tahu.

“Bukan tidak mungkin bila Syiah sudah menjadi besar di negeri ini, kita semua akan mengalami nasib serupa,” ujarnya.

Acara yang berakhir sebelum shalat dzuhur tersebut berhasil mengumpulkan dana sekitar 17 juta rupiah, belum ditambah dari dana yang masuk via rekening sekitar 1.5 juta.*/kiriman: Abu Umayyah-KODAS


Red: Cholis Akbar


latestnews

View Full Version