View Full Version
Selasa, 30 Oct 2012

Adian Husaini: ''Ibadah Haji Mematahkan Klaim Yahudi''

 


 
umat Islam tidak perlu takut untuk menegakkan tauhid secara ‘radikal

Selasa, 30 Oktober 2012

Hidayatullah.com— Kaum Yahudi menganggap posisi ibu Hajar, istri Nabi Ibrahim dengan sangat hina. Mereka bahkan menganggak Islam itu Hagarism, agama yang dikembangkan oleh budak, hanya karena Hajar seorang budak. Namun, stigma kaum Yahudi itu akhirnya tak bisa mematahkan kecintaan kaum Muslim kepadanya. Bahkan setiap tahun, melalui ritual haji, umat Islam sedunia menapaktilasi perjuangan Hajar untuk mencarikan Ismail air, melalui Sa’I antara bukit Shafa ke Marwa yang jaraknya 700 meter sebanyak tujuh kali, demikian pernyataan Dr Adian Husaini, Ketua Program Pendidikan Islam Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor (UIKA) dalam kajian Islam di Masjid Al Hijri, UIKA Bogor, Selasa (30/10/2012).

“Islam itu betul-betul mematahkan klaim Yahudi,” tegas Adian.

Meski agama Yahudi menempatkan Hajar dan Ismail pada tempat yang hina, seperti keledai liar. Namun dengan caranya Allah memperlakukan Hajar dan Nabiullah Ibrahim menjadi sosol paling muliah.  Adian Husaini mengatakan, tidak ada satu agama pun di muka bumi ini yang tiap hari membacakan shalawat kepada Nabi Ibrahim.

“Islam mengajarkan tiap kali shalat membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw dan Nabi Ibrahim as,” terangnya.

Surah Ali Imran 67, Allah menerangkan bahwa jelas-jelas Ibrahim bukanlah Yahudi dan Nashrani, tapi beliau adalah seorang yang hanif/Muslim dan bukan termasuk orang-orang musyrik.

Al-Quran bahkan satu-satunya kitab yang menelanjangi Yahudi. Dalam al-Quran, Yahudi disifatkan kaum  yang suka mengubah-ubah kitabnya sendiri, kaum yang rasis, kaum yang membungkus kebenaran dengan kebatilan dan seterusnya.  Sejarah dunia sendiri menyebutkan bahwa bangsa Yahudi ini seperti kuman, selalu mengganggu bangsa lain. Karena itu kata Adian, tokoh Yahudi Theodore Hertzl tahun 1895, menulis buku ‘Negara Yahudi’ agar Yahudi mempunyai Negara sendiri sehingga selamat dari gangguan bangsa lain.

Tentang rasisme Yahudi ini, Adian mengutip Dr Israel Sahak, cendekiawan Yahudi yang menulis buku ‘Jewish History, Jewish Religion’. Di buku itu ia cerita, pernah suatu saat jalan-jalan di kota Yerusalem. Kemudian ada orang mengalami kecelakaan lalu lintas dan butuh pertolongan. Dr Sahak kemudian menghubungi seorang Yahudi dan meminjam telponnya untuk minta pertolongan kepada petugas terkait. Tapi orang Yahudi itu menolak meminjami telponnya, karena yang kecelakaan bukan orang Yahudi. Hingga orang yang mengalami kecelakaan itu meninggal dunia. Kemudian Dr Sahak membawa kasus ini ke ‘Dewan Rabbi Yahudi’ mengajukan kasusnya itu. Tapi apa jawaban Dewan Rabbi Yahudi? Justru Dewan itu membenarkan tindakan orang Yahudi itu.

Itulah salah satu contoh ajaran Talmud Yahudi yang dinilai sangat rasis. Disebutkan juga dalam Talmud misalnya, bahwa lebih baik memberi makan anjing daripada memberi makan kepada orang non-Yahudi.

Bila Islam sangat keras kepada sikap Yahudi, bagaimana sikap Kristen fundamentalis?

Menurut Dr Adian, Kristen fundamentalis justru mengalami dilema. Mereka mengecam Yahudi, karena yang membunuh Yesus adalah kaum Yahudi. Tapi mereka juga mendukung Israel, karena syaratnya Yesus turun lagi bila orang-orang Palestina terusir semua dari Israel.

Di akhir kajian, Dr Adian menegaskan kembali pentingnya penegakan tauhid di era saat ini. Menghargai orang karena keimanan dan kesholehannya, seperti yang dicontohkan Nabi Ibrahim as. Dan umat Islam tidak perlu takut untuk menegakkan tauhid secara ‘radikal’. Yakni dengan berpegang teguh pada al-Qur’an dan Sunnah. Karena orang-orang Kristen pun kini banyak menulis buku tentang pentingnya sifat radikal atau ekstrim dalam memegang kepercayaan itu.

“Jadi di tengah-tengah deradikalisasi, orang-orang Kristen justru banyak menulis buku tentang pentingnya memegang keimanan dengan radikal,” tutur Dr Adian sambil menunjukkan contoh-contoh buku Kristen itu.*/N Hidayat


Red: Cholis Akbar


latestnews

View Full Version