View Full Version
Kamis, 01 Nov 2012

Mustofa Nahrawardaya: Waspadai Jebakan Operasi Intelijen di Dunia Maya dan FB

 

 
Mustofa : Kasus Basir dan Palmerah cara terjorok operasi inteligen hitam jerumuskan Umat
 

Kamis, 01 November 2012

Hidayatullah.com-- Sosok Basir, pria yang dikenal melalui Facebook yang akhirnya ikut menyeret remaja belia bernama David dalam kasus terorisme dalam penangkapan di Palmerah Jakarta hingga kini masih misterius. Bahkan polisipun hingga kini tidak mengemumkannya. 

Menurut Mustofa B. Nahrawardaya, kasus ini merupakan cara baru rekayasa
intelijen.Basir tercatat berkenalan melalui media sosial Facebook dengan Nanto, David dan Herman.

Keberadaan Basir menginap di rumah David awalnya karena ingin menumpang untuk mencari pekerjaan di Jakarta. Namun, pada hari Sabtu (27/10/2012) Basir ditangkap bersama Nanto, David dan Herman di Palmerah Jakarta.

“Ini adalah cara terjorok konspirasi Intelijen hitam dalam menjerumuskan umat Islam,” begitu jelas Mustofa B. Nahrawardaya kepada hidayatullah.com menganalisa fenomena ini, Kamis (01/11/2012).

Menurut pengamat intelijen yang juga dikenal aktivis pemuda Muhammadiyah ini Densus 88 dan BNPT sudah gagal dalam menerapkan deradikalisasi dengan pola konvensional. Pola konvensional maksudnya dengan melakukan intervensi ke pengajian-pengajian dan masjid-masjid.

Karena itu ia  menggunakan cara teror untuk menebar ketakutan dengan pola baru. Tujuan dari pola non konvensional ini diharapkan bisa menghadirkan ketakutan di kalangan orang tua dan masyarakat dengan isu-isu syariat Islam.

“Jadi sekarang agen intelijen yang mengaku pejuang Islam buatan Densus ini cukup berkenalan di Facebook, mengidentifikasi rumah lalu menjebak dengan menaruh barang bukti, setelah itu menghilang sementara orang yang disinggahi rumahnya akan diciduk karena terkait jaringan terorisme..ini kotor sekali,” Jelas Mustofa.

Mustofa tegas mengingatkan sosok-sosok seperti Basir ini berkeliaran di media sosial seperti Facebook, Twitter dan sebagainya. Dunia media sosial menjadi cara paling murah merekrut orang untuk dituduh teroris. Dengan cara murah ini tetap bisa menghasilkan fitnah dengan hasil yang menggemparkan.

“Ya contohnya pada kasus David, anak hanya aktivis yang mencintai Islam tidak memiliki hubungan dengan jaringan teroris manapun, hanya karena kenal dengan Basir langsung asal dituduh teroris.”

Remaja Islam Harus Berhati-hati di Media Sosial

Mustofa dengan intonasi penuh kekhawatiran juga mengingatkan agar remaja Islam berhati-hati berkenalan dengan orang asing di dunia maya. Pasalnya saat ini semangat kebangkitan Islam itu sudah mulai tertanam
di kalangan pemuda dan remaja.

“Remaja Islam yang sadar syariat Islam itu sudah banyak, namun kadang masih polos dengan ungkapan-ungkapan di dunia maya, ini harus hati-hatin” jelas Mustofa.

Memiliki semangat Islam itu baik namun harus tetap diiringi dengan ilmu. Semua itu bertujuan agar kita lebih bisa memilah dan berstrategi agar perjuangan Islam tidak ditunggangi operasi Inteligen.

“Jika baru berkenalan dengan orang asing yang berteriak-teriak Islam secara frontal di dunia maya, wajib kita berhati-hati sampai kita kenal betul siapa dia dan apa latar belakangnya. Jangan mau sembarangan diajak ketemu di dunia nyata,” tambah Mustofa.*

Rep: Thufail Al-Ghifari
Red: Thoriq

Keberadaan Basir menginap di rumah David awalnya karena ingin menumpang untuk mencari pekerjaan di Jakarta. Namun, pada hari Sabtu (27/10/2012) Basir ditangkap bersama Nanto, David dan Herman di Palmerah Jakarta.

“Ini adalah cara terjorok konspirasi Intelijen hitam dalam menjerumuskan umat Islam,” begitu jelas Mustofa B. Nahrawardaya kepada hidayatullah.com menganalisa fenomena ini, Kamis (01/11/2012).

Menurut pengamat intelijen yang juga dikenal aktivis pemuda Muhammadiyah ini Densus 88 dan BNPT sudah gagal dalam menerapkan deradikalisasi dengan pola konvensional. Pola konvensional maksudnya dengan melakukan intervensi ke pengajian-pengajian dan masjid-masjid.

Karena itu ia  menggunakan cara teror untuk menebar ketakutan dengan pola baru. Tujuan dari pola non konvensional ini diharapkan bisa menghadirkan ketakutan di kalangan orang tua dan masyarakat dengan isu-isu syariat Islam.

“Jadi sekarang agen intelijen yang mengaku pejuang Islam buatan Densus ini cukup berkenalan di Facebook, mengidentifikasi rumah lalu menjebak dengan menaruh barang bukti, setelah itu menghilang sementara orang yang disinggahi rumahnya akan diciduk karena terkait jaringan terorisme..ini kotor sekali,” Jelas Mustofa.

Mustofa tegas mengingatkan sosok-sosok seperti Basir ini berkeliaran di media sosial seperti Facebook, Twitter dan sebagainya. Dunia media sosial menjadi cara paling murah merekrut orang untuk dituduh teroris. Dengan cara murah ini tetap bisa menghasilkan fitnah dengan hasil yang menggemparkan.

“Ya contohnya pada kasus David, anak hanya aktivis yang mencintai Islam tidak memiliki hubungan dengan jaringan teroris manapun, hanya karena kenal dengan Basir langsung asal dituduh teroris.”

Remaja Islam Harus Berhati-hati di Media Sosial

Mustofa dengan intonasi penuh kekhawatiran juga mengingatkan agar remaja Islam berhati-hati berkenalan dengan orang asing di dunia maya. Pasalnya saat ini semangat kebangkitan Islam itu sudah mulai tertanam
di kalangan pemuda dan remaja.

“Remaja Islam yang sadar syariat Islam itu sudah banyak, namun kadang masih polos dengan ungkapan-ungkapan di dunia maya, ini harus hati-hatin” jelas Mustofa.

Memiliki semangat Islam itu baik namun harus tetap diiringi dengan ilmu. Semua itu bertujuan agar kita lebih bisa memilah dan berstrategi agar perjuangan Islam tidak ditunggangi operasi Inteligen.

“Jika baru berkenalan dengan orang asing yang berteriak-teriak Islam secara frontal di dunia maya, wajib kita berhati-hati sampai kita kenal betul siapa dia dan apa latar belakangnya. Jangan mau sembarangan diajak ketemu di dunia nyata,” tambah Mustofa.*

Rep: Thufail Al-Ghifari
Red: Thoriq


latestnews

View Full Version