Senin, 25 Maret 2013
Hidayatullah.com--Asosiasi Pengusaha Herbal Muslim Indonesia (APHMI) akhirnya mendeklarasikan diri di Jakarta, Senin (24/03/2013). Menurut ketua APHMI, Warsono, organisasi ini berdiri atas aspirasi dan keinginan para pengusaha herbal di seluruh Indonesia.
Menurutnya APHMI bisa membawa budaya thibbun nabawi (pengobatan ala nabi) menjadi salah satu rujukan kesehatan masyarakat. Dari sini peran dakwah melalui dunia kesehatan bisa mengambil peran penting. "Dari sini kita juga berharap masyarakat bisa mendapatkan herbal dengan harga terjangkau," jelasnya dalam pengantar deklarasi tersebut. Selain itu menurut Warsono, APHMI bercita-cita untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. APHMI hendak menciptakan industri herbal yang produktif dalam membangun perekonomian masyarakat Indonesia. "Semua ini dilandasi komitmen pada syariat Islam," jelasnya. Sementara itu, pakar herbal Irwandi Taher mengatakan umat Islam harus mewajibkan diri menjaga kemurnian pengobatan herbal. Jangan pernah menjual herbal dengan mencampurnya dengan bahan-bahan kimia. "Jangan sampai kita bilang jual herbal padahal isinya sudah kita campur, ini tidak halal dalam Islam," jelasnya dalam deklarassi tersebut. Irwandi juga mengingatkan agar orisinalitas herbal tetap dijaga oleh pengusaha herbal. Jangan hanya memikirkan keuntungan dengan menghalalkan segala cara. Irwandi melihat banyak saat ini produk herbal yang hanya memikirkan kemasan. Sementara isinya sudah dicampur dengan bahan non herbal. "Akhirnya ini melahirkan fitnah baru dan sumber kesusahan pengusaha herbal di dunia dan akhirat," tambahnya. Irwandi juga menyarankan agar pengusaha herbal tetap mengikuti standar kesehatan pemerintah. Sikap patuh pada peraturan pemerintah merupakan bentuk ibadah kepada Allah dan RasulNya. "Pemerintah menciptakan aturan untuk kebaikan bersama, itulah mengapa kita harus mendukung peraturan itu," tambahnya lagi. Menurutnya herbal sangat mungkin menjadi solusi masalah kesehatan masyarat jika para penggiatnya melakukannya dengan jujur dengan komitmen syariat yang tinggi. Warsono juga berharap tradisi thibbun nabawi bisa menjadi gaya hidup masyarakat di Indonesia. Sekaligus menciptakan jaringan ekonomi umat yang sukses, mandiri dan terbebas dari riba dan syubhat ekonomi lainnya.*
Red: Cholis Akbar