View Full Version
Selasa, 02 Apr 2013

Dari 166 Tahanan Guantanamo 130 Orang Mogok Makan

 


 

Selasa, 02 April 2013

Hidayatullah.com—Aksi mogok makan para tahanan di penjara milik Amerika Serikat di pangkalan militernya di Semenanjung Guantanamo, Kuba, bertambah menjadi 130 orang dari 166 tahanan yang dikurung di tempat itu, kata salah seorang pengacara tahanan.

Clive Stafford Smith mengatakan, dirinya diberitahu oleh kliennya Shaker Aamer bahwa petugas penjara di kamp itu berusaha menghentikan aksi mogok makan para tahanan tanpa membuahkan hasil, lapor Euronews Senin (1/4/2013).

Departemen Pertahanan AS alias Pentagon mengatakan hanya 40 orang tahanan saja yang menolak diberikan makan dan 11 orang lainnya dipaksa makan, setelah aksi mogok makan itu dimulai tujuh pekan lalu.

Khawatir dengan kondisi di sana, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) baru-baru ini membuat rencana kunjungan medis oleh dokter ke kamp tersebut. ICRC tidak membuat pernyataan publik mengenai hasil kunjungannya itu atau apa yang ditemukannya di sana.

Sejak dibuka Januari 2002, beberapa kali aksi mogok makan di penjara Guantanamo dilakukan oleh penghuni selnya, yang merupakan orang-orang dari berbagai negara yang dituduh tanpa bukti oleh Washington terlibat serangan atas menara kembar WTC New York 11 September 2001.

Pejabat militer, pemantau HAM dan para pengacara yang mewakili penghuni sel mengatakan, aksi mogok makan itu merupakan refleksi frustasi atas kondisi yang dialami mereka.

Sebagaimana diketahui, sebagian besar orang yang ditangkapi oleh pasukan atau agen intelijen Amerika Serikat di berbagai negara lalu dibawa ke Guantanamo dan telah dibebaskan, merupakan orang-orang yang ditangkap tanpa bukti dan proses pengadilan. Mereka dikurung bertahun-tahun tanpa mengetahui kejahatan apa yang dituduhkan kepadanya dan tidak ada proses pengadilan. Tidak sedikit dari mereka pulang dengan membawa luka fisik.

Para tahanan yang masih ada di Guantanmo sekarang ini telah dikurung selama 11 tahun tanpa proses pengadilan dan lebih dari separuhnya telah dinyatakan bersih tidak terkait tuduhan teror dan disetujui untuk dibebaskan. Namun pada kenyataannya hingga kini Washington masih memenjarakan mereka.

Di antara hal yang dijadikan alasan pihak AS untuk tidak melepas para tahanan adalah tidak kondusifnya kondisi keamanan di Yaman, negara asal sebagian besar para tahanan yang tersisa, sehingga khawatir mereka akan diperlakukan buruk jika kembali ke sana. Padahal pada kenyataannya, kondisi tahanan selama berada dalam cengkraman AS juga tidak lebih baik. Sementara itu kata AS, negara lain tidak ada yang mau menerima para tahanan itu. Amerika Serikat sendiri tidak bersedia menampung orang-orang yang telah ditangkapnya secara serampangan tersebut.

Tahun 2010 Presiden AS Barack Obama pernah berjanji akan menutup penjara Guantanmo yang didirikan pasca peristiwa 9/11 dan diperuntukkan khusus tahanan yang disebut Washington sebagai pelaku terorisme.

Aksi mogok makan yang dilakukan para tahanan itu memicu aksi unjuk rasa solidaritas di ibukota Yaman, Sana'a dan Kuwait City, ibukota Kuwait.*

 

Rep: Ama FarahRed: Dija


latestnews

View Full Version