Selasa, 30 April 2013
Hidayatullah.com--Wilayah Xinjiang di China bergejolak lagi. Dikabarkan, polisi menangkap 19 tersangka yang berhubungan dengan bentrokan mematikan, setelah pihak berwenang melihat orang-orang yang dituduh teroris membuat bahan peledak di wilayah barat China, Xinjiang.
Sebanyak 21 orang tewas dalam kekerasan pada Selasa lalu di satu kota dekat Kashgar. Ini merupakan kematian tertinggi dalam satu insiden, dalam suatu aksi kekerasan yang telah berlangsung beberapa bulan di Xinjiang antara Muslim Uighur melawan otoritas dan mayoritas migran etnis Cina, Han. Beijing menuduh, China sedang menghadapi ancaman teroris terorganisasi dari kelompok Islam radikal di wilayah tersebut.
Dilaporkan Huffington Post, Senin (29/04/2013), mereka yang tewas 15 anggota polisi dan pekerja masyarakat, serta enam penyerang. Menurut kantor propaganda Xinjiang, pihak berwenang menggambarkan pelakunya sebagai gang teroris.
Delapan tersangka dibawa ke tahanan setelah bentrokan, dan media milik negara dan pemerintah setempat mengatakan Senin (29/04/2013), 11 lagi telah ditangkap.
Dalam pernyataan yang dimuat di situs, yang dikelola kantor propaganda pemerintah Xinjiang pada hari Senin, mengatakan, 19 tersangka tergabung dalam kelompok teroris yang didirikan pada bulan September yang anggotanya secara teratur menonton video berisi ekstremisme dan terorisme, serta menghadiri khotbah-khotbah ilegal.
Mengutip polisi, pernyataan itu mengatakan, kelompok itu merencanakan melakukan serangan besar di daerah-daerah padat penduduk Kashgar di musim panas, dan polisi lokal dan pekerja masyarakat melihat mereka sedang membuat bahan peledak pada tanggal 23 April, yang menyebabkan terjadinya bentrokan.
Meng Hongwei, Wakil Menteri Keamanan Publik, seperti dikutip kantor berita resmi Xinhua, mengatakan, pihak berwenang telah menemukan setumpuk bahan peledak rakitan, "senjata mematikan", dan bendera yang mendukung kemerdekaan Xinjiang, yang semua itu terkait dengan aktivis Uighur sebagai Turkistan Timur.
Meng bersumpah akan bertindak "tangan besi guna penumpasan terhadap terorisme". Dan pihak polisi akan menggunakan "segala cara yang mungkin untuk menemukan dan menghukum teroris tanpa ampun."
Gubernur Xinjiang Nur Bekri mengatakan, insiden itu "bukan tentang masalah etnis atau agama, tapi aksi teroris untuk memecah belah tanah air dan merusak persatuan nasional."
"Para teroris melakukan serangan terhadap korban, termasuk kelompok etnis mereka sendiri," kutip Bekri, pada upacara penghargaan kehormatan anumerta kepada petugas dan pekerja pemerintah yang meninggal.
Pihak berwenang sebelumnya mengatakan, 10 dari mereka yang tewas di sisi pemerintah adalah orang Uighur, tiga Han, dan dua orang dari kelompok etnis Mongolia. Dua orang Uighur lainnya terluka. Etnisitas para penyerang tidak diberikan.
Seorang aktivis Uighur terkemuka mempertanyakan pernyataan resmi atas insiden tersebut. "Sumber-sumber lokal mengatakan, polisi telah memicu dengan menembak seorang pemuda Uighur pada saat melakukan penggrebekan ke rumah-rumah," kata Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Dunia yang berbasis di Jerman.
Xinjiang merupakan daerah luas yang berbatasan dengan Asia Tengah, Afghanistan, dan Pakistan, adalah wilayah bagi jutaan orang Uighur. Banyak dari mereka mengeluh atas pembatasan ketat terhadap kehidupan beragama dan budaya yang dilakukan Beijing.
Mereka mengatakan, telah terpinggirkan oleh kebijakan yang memberi kemudahan-kemudahan kepada etnis migran Han.
Beijing mengatakan, telah memperlakukan minoritas secara adil dan menghabiskan miliaran dolar untuk meningkatkan standar hidup di daerah minoritas.*
Rep: Insan Kamil
Red: Syaiful Irwan