Senin, 06 Mei 2013
Hidayatullah.com -- Pengamat terorisme dari lembaga Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) Mustofa B. Nahrawardaya menduga keras ada unsur kesengajaan untuk melanggengkan kekerasan di Poso.
Sebelumnya citra wilayah teritorial teroris telah berusaha dilekatkan ke Solo di mana Pesantren Al Mukmin Ngruki berada. Sekarang Poso yang akan coba diobok-obok, katanya. "Ada kesan ingin menjadikan Poso menjadi epicentrum kekerasan dengan berbagai cara. Terbukti ketika masyarakat Poso meminta stempel itu dihilangkan, malah tokoh tokoh yang sudah ditangkap seperti Basri dan sebagainya seolah olah kabur," kata Mustofa dalam perbincangan dengan hidayatullah.com, Senin (06/05/2013). Mustofa melihat ada upaya upaya yang sangat sistematis untuk melanggengkan kekerasan di Poso. "Saya tidak tahu siapa dari pemerintah atau oknum yang memiliki proyek ini, tapi kita dari luar melihatnya ada upaya seperti itu. Nanti suatu saat akan terungkap juga karena ini soal regenerasi," katanya. Seperti diketahui, bulan lalu beredar video kekerasan terjadi di Poso yang disebut-sebut dilakukan oleh oknum Densus 88 Polri. Elemen umat Islam dan pengamat menilai video tersebut merupakan fenomena gunung es langgengnya kekerasan di Poso dan dianggap sebagai upaya menjadikan wilayah itu sebagai epicentrum kekerasan. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar membantah secara tegas bahwa pelaku dugaan pelanggaran HAM Densus 88 dalam video yang mengambil kejadian di Poso, Sulawesi Tengah itu. Kendati begitu, Polri mengaku siap melakukan evaluasi tentang tindak pidana yang dituduhkan kepada pasukan elit Polri itu.*
Red: Cholis Akbar