Sabtu, 11 Mei 2013
Hidayatullah.com—Polisi Israel menghalang-halangi gerombolan pria Yahudi ultra-Orthodoks yang berusaha mengusir sekelompok wanita Yahudi liberal yang ingin beribadah di Tembok Ratapan, dinding sebelah barat dari kompleks Masjid al-Aqsha, Jumat (10/5/2013). Sebuah perubahan sikap dramatis yang ditunjukkan kepolisian Zionis.
Ribuan Yahudi ultra-Orthodoks pengungjuk rasa berpakaian tradisional warna hitam berbondong-bondong menuju Tembok Ratapan, sambil melempar kursi dan air ke arah sekelompok wanita dari Women of the Wall, sebelum akhirnya melempari bis-bis yang ditumpangi para wanita Yahudi liberal itu dengan batu. Dua polisi terluka dalam peristiwa tersebut. Pada kesempatan-kesempatan sebelumnya, polisi Zionis selalu menangkap sejumlah anggota Women of the Wall, kelompok wanita Yahudi liberal yang ingin mendobrak tabu dan menuntut persamaan hak beribadah di Tembok Ratapan dengan menggunakan selendang dan pita perlengkapan ibadah sambil membaca Torah di tempat terbuka bersama para lelaki. Baca berita sebelumnya: Israel Tangkap Wanita Beribadah di Tembok Ratapan. http://hidayatullah.com/read/28113/11/04/2013/israel-tangkap-wanita-beribadah-di-tembok-ratapan.html Namun kali ini, justru kelompok pria Orthodoks yang ditangkap oleh aparat. Polisi dikabarkan menangkap sedikitnya tiga orang pria pengunjuk rasa hari Jumat kemarin. Perubahan sikap dari aparat Zionis itu mengikuti keputusan pengadilan bulan lalu, yang menetapkan bahwa Women of the Wall tidak melanggar peraturan dan harus diperbolehkan beribadah menurut cara yang dianggap pantas. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah meminta mantan menterinya yang juga merupakan seorang tokoh Yahudi, Natan Sharansky, untuk mencari kompromi guna memperbolehkan wanita melakukan ibadah bersama para pria tanpa menimbulkan ketegangan dengan kelompok Yahudi ultra-Orthodoks. Sharansky mengajukan usul, zona terpisah (antara laik-laki dan perempuan) di Tembok Ratapan yang biasanya dibuat saat ibadah bersama diperluas. Namun baik pemerintah maupun kelompok Yahudi ultra-Orhodoks belum ada yang menyetujuinya, lansir France24.*
Red: Dija