


 Jum'at, 05 Juli 2013                            
   
Hidayatullah.com—Organisasi-organisasi pengawas media mengecam penutupan dan penangkapan staf sejumlah stasiun televisi Islam di Mesir pada saat penggulingan Presiden Mursy oleh militer Rabu (3/7/2013).
 Angkatan bersenjata Mesir yang melakukan kudeta terhadap pemerintahan  Mursy memerintahkan saluran televisi milik Al-Ikhwan, Mishr 25, ditutup  dan para manajernya ditangkap. Stasiun TV milik kelompok Islam lain sperti Al-Hafiz dan An-Nas juga  ditutup tak lama setelah Jenderal Abdul Fattah al-Sisi mengumumkan  penggulingan Mursy. Organisasi berbasis di Prancis, Reporters Sans Frontières (Reporter  Tanpa Batas) menyatakan khawatir akan kebebasan media di Mesir, karena  salah satu tindakan pertama yang dilakukan oleh militer ketika merebut  kekuasaan adalah menutup stasiun-stasiun televisi. “Memulai sebuah era yang seharusnya demokratis dengan tindakan  penyensoran semacam itu sungguh meresahkan,” kata RSF dalam sebuah  pernyataannya dikutip Al-Arabiya Jumat (5/7/2013). Commite to Protect Journalists (CPJ) di New York juga mengkritik  tindakan penutupan 3 stasiun televisi itu, dengan mengatakan bahwa  tindakan yang “meresahkan” tersebut kelihatannya sengaja dilakukan agar  liputan tentang Mursy tidak disiarkan. “Kami prihatin dengan adanya laporan bahwa pihak berwenang melarang  liputan televisi berdasarkan pada perspektif politik,” kata Syarif  Mansour koordinator CPJ wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara dalam  pernyataannya. “Kami menutut militer untuk tidak menghalangi sumber-sumber informasi rakyat Mesir pada masa-masa sekarang ini.,” imbuhnya. Wael Abbas seorang jurnalis, blogger dan aktivis HAM Mesir  berpendapat penutupan media oleh angkatan bersenjata bisa menjadi  petunjuk awal tentang apa yang akan dilakukan militer terhadap pers  Mesir di kemudian hari. Sementara produser ONtv yang tidak terkena sensor, Muhammad Sami,  membela keputusan militer dengan dalih untuk meredam situasi tegang di  Mesir saat peralihan kekuasaan itu terjadi.*
Red: Dija