View Full Version
Selasa, 01 Dec 2009

Penanggulangan HIV/AIDS yang Menyesatkan

Bekasi (voa-islam.com) - Penyakit Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrom (HIV/AIDS), seolah-olah menjadi monster baru yang menakutkan. Penderitanya, makin tahun, semakin banyak. Berbagai cara pun dilakukan untuk menanggulanginya. Namun, sayang kebanyakan upaya yang dilakukan malah menyesatkan dan menjerumuskan kepada keharaman.

Dalam laporan tahunan terbaru badan PBB, Joint UN Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (25/11/2009), setidaknya ada 25 juta orang di dunia yang tewas akibat penyakit AIDS sejak virus tersebut pertama kali terdeteksi tiga dekade silam.

Sekitar 2,7 juta kasus baru AIDS dilaporkan pada tahun 2008 sehingga total penderita AIDS di dunia mencapai 33,4 juta jiwa. Angka tersebut naik dari 33 juta penderita AIDS pada tahun 2007 lalu.

Di Indonesia, penderita HIV/AIDS juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Jawa Barat menjadi provinsi tertinggi penyebaran penyakit HIV/AIDS di Indonesia. Menurut Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, sejak 1989 sampai September 2009, Jawa Barat memiliki 4.929 kasus, terdiri dari  2.999 kasus AIDS dan 1.930 kasus HIV Positif.

Di Jawa Tengah, menurut Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jawa Tengah, Ngestiono, setidaknya ada penambahan sekitar 50 orang yang terindikasi terjangkit virus HIV/AIDS setiap bulannya. Hingga kini, KPA Jateng mencatat jumlah penderita HIV/AIDS di Jateng selama rentang waktu antara 1993 hingga 2009 telah mencapai sebanyak 2.290 orang.

Sementara di Sulawesi Utara, menurut Pengelola Program KPA Sulut Jones Oroh di Manado, Penyebaran penyakit HIV/AIDS di Sulut sudah masuk tahap mengkhawatirkan. Jumlah penderita HIV/AIDS hingga akhir Oktober 2009 tercatat 571 orang. Dari jumlah tersebut, yang meninggal dunia sebanyak 90 orang sejak 1997 saat pertama kali HIV/AIDS ditemukan di Sulut.

Di Nusa Tenggara Barat (NTB), Wakil Gubernur NTB Badrul Munir pada peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2009 di Mataram, Selasa (1/12), Kasus HIV/AIDS di wilayahnya dari tahun ke tahun selalu meningkat. Hingga 2009 mencapai 278 kasus, padahal pada 2005 baru 22 kasus.

Penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS

Dalam memperingati hari AIDS sedunia yang jatuh hari ini, selasa (1/12) berbagai gerakan penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS diadakan. Dari kampanye kondomisasi yang diikuti pembagian kondom gratis di mall-mall, pusat perbelanjaan, jalanan, sampai di tempat pelacuran (diperhalus dengan bahasa menyesatkan, lokalisasi). Ada juga kampanye harm reduction, dan program hidup sehat bersama orang dengan HIV/AIDS (ODHA) serta gerakan-gerakan lainnya.

Namun, yang perlu dicatat dari program-program tersebut adalah tidak mengakomodir nilai Islam, agama yang dianut mayoritas penduduk negeri ini, bahkan sangat bertentangan.

Jika diperhatikan, gerakan kondomisasi atau penggunaan kondom, jelas terlihat sebagai upaya untuk membenarkan seks bebas atau perzinahan tanpa khawatir terjadi kehamilan atau terkena penyakit menular, di antaranya HIV/AIDS.

gerakan kondomisasi atau penggunaan kondom, jelas terlihat sebagai upaya untuk membenarkan seks bebas atau perzinahan tanpa khawatir terjadi kehamilan atau terkena penyakit menular, di antaranya HIV/AIDS.

Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Jatim memandang penanggulangan global HIV/AIDS itu adalah upaya penyesatan yang melegalkan kemaksiatan.

“Kondomisasi, harm reduction dan program hidup sehat bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah penanggulangan yang menyesatkan dan melegalkan perzinaan. Bukan untuk menyelamatkan generasi, tapi berefek pada menghilangkan generasi,” kata Ketua DPD I Jawa Timur MHTI Nurul Izzati saat menggelar aksi di Taman Surya Surabaya, Selasa (1/12).

Menurut Izzati, Program kondomisasi adalah upaya melegalkan seks bebas. Padahal, media utama penularan HIV/AIDS melalui seks bebas dan pemakaian jarum suntik bergantian pada pengguna narkoba.

Program kondomisasi adalah upaya melegalkan seks bebas.

Sedangkan, harm reduction terbukti tidak bisa menghentikan perilaku pengguna narkoba dan tidak menjamin jarum suntik tidak akan dipakai bergantian. "Program penanggulangan itu sampai sekarang tidak ada yang berhasil. Yang ada HIV/AIDS di Indoneisa semakin subur," tegasnya.

Sedangkan program hidup bersama ODHA juga dinilai melanggengkan perilaku yang menghantarkan pada terjangkitnya HIV/AIDS seperti perzinahan, pelacuran, homoseksual dan penasun (pengguna suntik).

Tersebarnya penyakit HIV/AIDS karena penyimpangan dari nilai Agama. Bahkan seorang ulama Aceh menyatakan bahwa penyakit HIV/AIDS adalah hukuman dari Allah yang disebabkan penyimpangan dari ajaran agama Islam.

"Saya menilai, adanya penyakit HIV/AIDS merupakan hukuman dari Allah SWT terhadap orang-orang yang melanggar norma-norma agama," kata Sekretaris Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk Faisal Aly di Banda Aceh, Selasa (1/12).

Bahkan seorang ulama Aceh menyatakan bahwa penyakit HIV/AIDS adalah hukuman dari Allah yang disebabkan penyimpangan dari ajaran agama Islam.

Maka cara menaggulanginya adalah dengan kembali kepada ajaran Islam. Bagi pemerintah menjadikan syariat Islam sebagai undang-undang untuk mengatur negeri ini, di antaranya dalam menanggulangi wabah HIV/AIDS.

Bagi pribadi muslim, menjalani hidup dengan menjalankan syariat Islam, menjalankan perintah dan menjauhi larangannya. (PurWD/dbs)


latestnews

View Full Version