View Full Version
Kamis, 13 Aug 2009

Trik Berpuasa Bagi Ibu Hamil dan Menyusui

Jakarta - Para ibu hamil dan ibu menyusui kerapkali was-was saat memasuki bulan Ramdhan. Mereka khawatir puasa yang dilakukan di bulan suci ini dapat memengaruhi perkembangan dan kesehatan janin atau bayi. Sebuah penelitian di Inggris membuktikan bahwa berpuasa tidak memengaruhi kondisi janin ibu hamil.

Ahli kebidanan dan kandungan Klinik Yasmin dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)Jakarta dr Marly Susanti SpOG, tidak ada perbedaan antara perempuan hamil atau menyusui dan yang tidak. “Ibu hamil atau yang sedang menyusi boleh puasa,” ujar dia di Jakarta, kemarin.

Menurut Marly, pada ibu hamil, glukosa, insulin, laktat dan carnitin turun, sedangkan trigliseride dan hydroxybutyrate meningkat. Dengan demikian ibu hamil yang mengerjakan puasa Ramadhan, dia dan janinnya tidak akan kekurangan gizi.

”Tapi itu asalkan dia mengonsumsi makanan yang seimbang selama buka puasa, sahur, dan selama waktu di antara buka dan sahur. Puasa juga tidak mempengaruhi berat badan bayi yang akan lahir,” papar dia.

Puasa pada hakekatnya hanya memindahkan makan pagi, siang dan malam menjadi buka, sahur dan waktu di antaranya. Tubuh manusia dapat mendeposit makanan dan dapat menggunakannya saat diperlukan.

Namun demikian, menurut Marly, bila ibu hamil atau menyusui merasa lemah, pusing, mual atau masalah kesehatan yang ada hubungannya dengan puasa seperti hipertensi, sebaiknya segera membatalkan puasa dan langsung makan dan minum.

“Indikator kekurangan kalori itu rasa lemas, keluar keringat dingin, keringat dari ujung jari. Untuk mengatasinya, segera minum teh manis,” ungkap Marly. Demikian pula apabila hamil pada trimester pertama yang disertai mual-mual, muntah, dan muntah yang hebat (hyperemisis gravidarum), atau perdarahan, sebaiknya tidak berpuasa.

Hasil penelitian epidemiologi Cross & Friends terhadap 13.350 bayi Islam yang dilahirkan di Inggris, melahirkan kesimpulan bahwa puasa tidak berdampak pada penurunan berat badan bayi yang baru lahir.

Sebuah penelitian lain juga membuktikan bahwa tidak ada perubahan kadar kolesterol darah maupun kadar gula darah pada orang yang berpuasa, meski terjadi penurunan berat badan sampai 4%.Pada pengukuran kadar kolesterol darah pada pagi, siang, dan sore hari tidak menunjukkan pola perubahan tertentu, bahkan masih termasuk dalam batas-batas normal.

Saat sahur dan berbuka, dr Marly Susanti menganjurkan pada ibu hamil dan menyusui untuk memenuhi kecukupan kadar kalori yang dibutuhkan, yang berasal dari makanan manis-manis sehingga gizinya lebih cepat diserap tubuh.

Bagi ibu hamil yang tetap menjalankan ibadah puasa, harus memperhatikan faktor bawaan yang kerap dijumpai pada setiap perempuan yang tengah mengandung. Fokus pada indeks makanan yang dikonsumsi selama melakukan puasa, juga perlu mendapat perhatin bagi para ibu hamil.

Khusus untuk perempuan yang sedang hamil asupannya harus lebih sepertiga kali dari asupan makanan orang biasa. Selama menjalankan puasa, dr Marly menyarankan para ibu hamil untuk tetap melakukan kontrol secara rutin kepada dokter kehamilan, dimana hal terpenting yang harus terus terpantau adalah berat badan dari si ibu.

Idealnya, berat badan ibu hamil harus bertambah seiring dengan pertumbuhan berat badan bayi yang dikandungnya. Rata-rata berat bayi yang lahir dari ibu hamil dengan usia kehamilan 4-7 bulan yang menjalankan puasa adalah 3,3 kg. Angka tersebut tidak berbeda dengan ibu hamil yang tidak melakukan puasa.

Hal serupa juga berlaku bagi para ibu menyusui. Demi menjaga kelancaran air susu ibu (ASI) yang nantinya akan diberikan pada bayi, disarankan para ibu dapat meningkatkan kualitas makanan yang akan dikonsumsi. Kalori yang cukup, karbohidrat, protein, lemak serta vitamin yang memadai merupakan faktor penting untuk menghasilkan kualitas ASI yang bagus. (pdpersi)


latestnews

View Full Version