Alhamdulillah Robbil ‘alamin washolaatu wassalaamu ‘alaa Rosulillah wa’alaa aalihi washohbihi ajma’in waba’du :
Akhi fillah, bulan Romadhon merupakan bulan Al Quran. Kitab yang merupakan kalamullah bukan makhluq, mukjizat Rasulullah shallawahu ‘alaihi wasallam yang kekal sepanjang zaman, Allah telah menantang orang arab yang memiliki bahasa tinggi untuk mendatangkan sesuatu seperti Al Quran, atau sepuluh surat saja, atau satu surat saja, namun mereka tidak mampu, bahkan walaupun seluruh jin dan manusia bahu membahu.
Ini menunjukkan Al Quran adalah Yang Hak, tidak ada pertentangan didalamnya, seandainya bukan dari Allah Ta’alaa tentu kita menemukan banyak pertentangan sebagaimana kitab-kitab Allah lain yang telah dirubah oleh manusia.
Demikianlah untuk mengagungkan Al Quran yang diturunkan oleh Allah dibulan Ramadhan,maka Allah mewajibkan kita berpuasa dibulan tersebut sebagaimana firmanNya :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ. البقرة 185
“Bulan Ramadhan, bulan yang di padanya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (Qs. Al Baqarah: 185)
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa sebab kita diperintahkan Allah berpuasa dibulan Ramadhan karena Al Quran turun dibulan tersebut.
Dan lebih tepatnya adalah turun dimalam Lailatul Qadr sebagaimana Allah ta’ala berfirman :
إِنّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَآ أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مّنْ أَلْفِ شَهْرٍ * تَنَزّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبّهِم مّن كُلّ أَمْرٍ * سَلاَمٌ هِيَ حَتّىَ مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr : 1-5).
Kenapa dengan malam ? bukan siang, ini karena malam adalah waktu yang memiliki keistimewaan sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits :
ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر يقول من يدعوني فأستجيب له من يسألني فأعطيه من يستغفرني فأغفر له
“Rabb kami tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia pada setiap malam ketika tinggal sepertiga malam terakhir, lalu berfirman : Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan doanya. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi permintaannya. Dan barangsiapa yang memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya” (HR. Al-Bukhari nomor 1145 dan Muslim nomor 758).
Hadits ini menunjukkan betapa Allah Ta’ala turun sesuai dengan KemuliaanNya kelangit dunia dengan rahmatNya yang tidak lain menunjukkan kemuliaan waktu tersebut dibanding waktu lain.
Demikian juga karena waktu malam kebanyakan kita sedang kosong dari kesibukan, sehingga lebih tepat bermunajat kepada Allah sebagaimana dikatakan Syaikh Asy-Syinqithi dalam tafsirnya:
Keutamaan malam yang disebutkan di sini (dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabawy) dikarenakan waktu malam adalah waktu yang terdapat kebeningan hati, keikhlasan, dan ketenangan jiwa dari kesibukan (Lihat Adlwaaul-Bayan 9/393 oleh Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi).
Demikian juga Allah Mensifati malam tersebut dengan malam yang penuh keberkahan sebagaimana firmanNya :
حمَ * وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ * إِنّآ أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مّبَارَكَةٍ إِنّا كُنّا مُنذِرِينَ
“Haa miim. Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan” (QS. Ad-Dukhaan : 1-3).
Ayat-ayat di atas menjelaskan kepada kita sebab dimuliakannya Lailatul-Qadr. Sekaligus, sebagai bantahan terhadap kesalahan tentang anggapan sebagian masyarakat kita bahwasannya Al-Qur’an diturunkan pada tanggal 17 Ramadlan yang terkenal dengan perayaan Nuzulul-Qur’an Telah jelas bagi kita – sebagaimana penjelasan para ulama – bahwa Al-Qur’an diturunkan pertama kali pada bulan Ramadlan, tepatnya pada waktu Lailatul-Qadar. Lailatul Qadar tidaklah jatuh pada tanggal 17 Ramadlan, melainkan pada 10 hari terakhir (malam-malam ganjil) pada bulan Ramadlan menurut pendapat/riwayat yang kuat. Bahkan dalam satu hadits disebutkan :
أنزلت صحف إبراهيم عليه السلام في أول ليلة من رمضان وأنزلت التوراة لست مضين من رمضان والإنجيل لثلاث عشرة خلت من رمضان وانزل الفرقان لأربع وعشرين خلت من رمضان
“Shuhuf (lembaran-lembaran) Ibrahim diturunkan pada malam pertama bulan Ramadlan. Taurat diturunkan pada tanggal 6 Ramadlan, Injil diturunkan pada tanggal 13 Ramadlan, dan Al-Furqaan (Al-Qur’an) diturunkan pada tanggal 24 Ramadlan” (HR. Ahmad 4/107, Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir 22/75, An-Na’ali 131/2, Abdul-Ghani Al-Maqdisi dalam Fadlaailul Ramadlan 53/1, dan Ibnu ‘Asakir 2/167/1; lihat Silsilah Ash-Shahihah nomor 1575).
Para ulama pun telah berselisih pendapat mengenai turunnya Al-Qur’an dalam ayat tersebut.
1- Satu pendapat mengatakan bahwa yang dimaksud adalah turunnya Al-Qur’an sekaligus dari Lauh Mahfudh ke langit pertama dunia (Baitul-‘Izzah) dan selanjutnya turun secara bertahap selama kurang lebih dua puluh tiga tahun sesuai dengan kejadian dan peristiwa.
Ini adalah pendapat Ibnu Abbas dan jumhur ulama sebagaimana riwayat dari beliau radhiallahu anhu : “ Al Quran diturunkan dimalam lailatul Qadr dibulan Ramadhan ke langit dunia secara sekaligus, lalu diturunkan secara bertahap “ Riwayat Al Hakim dan Baihaqie.
2- Pendapat yang lain mengatakan bahwa yang dimaksud adalah permulaan turunnya Al-Qur’an (sebagaimana riwayat masyhur tentang turunnya QS. Al-‘Alaq 1-5).
Ini adalah pendapat Asy-Sya’bie berdasarkan firman Allah Ta’alaa :
وَقُرْآَنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا (106)
106. Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآَنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا (32)
وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا (33)
32. Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah[1066] supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).
33. Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya[1067]
Beliau mengatakan : tidak akan Nampak keistimewaan bagi manusia dibulan Ramadhan dan Lailatul Qadr yang merupakan malam yang diberkahi kecuali apabila ayat-ayat tersebut maksudnya adalah turunnya Al Quran kepada Rasulullah bukan ke Baitul Izzah,
Al Hafidz Ibnu Hajar Al- Asqalani rahimahullah di dalam Fathul Bari berkata, “Imam Al-Baihaqi telah mengisahkan bahwa masa wahyu mimpi adalah 6 (enam) bulan.” Maka berdasarkan kisah ini permulaan kenabian dimulai dengan mimpi shalihah yang terjadi pada bulan kelahirannya yaitu bulan Rabiul Awwal ketika usia beliau genap 40 tahun. Kemudian permulaan wahyu yaqzhah (dalam keadaan terjaga) dimulai pada bulan Ramadhan (6 bulan berikutnya, red).
Sebenarnya tidak ada perbedaan yang berarti pada kedua pendapat tersebut, karena semua mengarah kepada bahwa Al Quran turun dibulan Ramadhan.
Sesungguhnya kita menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa Nuzulul Qur'an ada pada bulan Ramadhan karena Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, "Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturun-kan (permulaan) Al-Qur'an." (Al-Baqarah: 185)
Dan karena menyepinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di gua Hira' adalah pada bulan Ramadhan, dan kejadian turunnya Jibril ’alaihissalam adalah di dalam gua Hira'.
Jadi Nuzulul Qur'an ada pada bulan Ramadhan, pada hari Senin, sebab semua ahli sejarah atau sebagian besar mereka sepakat bahwa diutusnya beliau menjadi Nabi adalah pada hari Senin. Hal ini sangat kuat karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya tentang puasa Senin beliau menjawab, "Di dalamnya aku dilahirkan dan di dalamnya diturunkan (wahyu) atasku."
Dalam sebuah lafadz dikatakan, "Itu adalah hari dimana aku dilahirkan dan hari dimana aku diutus atau diturunkan (wahyu) atasku." (HR. Muslim, Ahmad, Baihaqi dan Al-Hakim)
Akan tetapi pendapat inipun pecah menjadi lima :
1- sebagian mengatakan tanggal 7 ramadhan(hari Senin).
2- sebagian mengatakan tanggal 14 ramadhan(hari Senin).
3- sebagian mengatakan tanggal 17 ramadhan(hari Kamis), pendapat ini diriwayatkan dari sahabat Bara’ bin Azib radhiallahu anhu dan dipilih oleh Ibnu Ishaq.
4- sebagian mengatakan tanggal 21 ramadhan(hari Senin), pendapat ini dipilih oleh Syaikh Mubarak Fury, Lailatul Qadr ada pada malam ganjil, sedangkan hari Senin pada tahun itu adalah tanggal 7, 14, 21 dan 28.
5- yang terakhir mengatakan tanggal 24 ramadhan(hari Kamis), pendapat ini diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu anha Jabir dan Watsilah bin Asqa’ dan dikuatkan oleh Ibnu Hajar Al Haitsamiy, beliau berkata : ini sangat kuat dari segi riwayat, seperti disebutkan dalam riwayat diatas.
Wallahu a’lam bishowab.