Bagian dari budaya masyarakat di kota besar, ketika lebaran, adalah mudik atau pulang kampung. Lama tak berjumpa dengan keluarga sanak kerabat, tetangga, dan kawan lama membuat para perantau bersemangat untuk mudik. Rasa kangen dengan suasana kampung menambah tekad untuk mudik.
Dalam perjalanan ke tempat tujuan pemudik berada dalam kondisi safar. Di jelaskan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنْ الْعَذَابِ يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَنَوْمَهُ
"Safar adalah bagian dari adzab, menghalangi seseorang dari makan, minum, dan tidurnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maksud safar bagian dari adzab, karena di dalam safar banyak dijumpai kesulitan, lelah, terpaan angin, cuaca dingin dan panas, rasa takut, banyak bahaya yang mengancam, sedikti makan dan minum, dan terpisah dari orang-orang yang dicintai. (lihat Syarh Shahih Muslim li an-Nawawi).
"Safar adalah bagian dari adzab, menghalangi seseorang dari makan, minum, dan tidurnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Satu contoh, yang dimuat oleh Republika, Senin, 14 September 2009, dengan judul "Pantura Mulai Telan Korban", seorang pemudik bermotor asal Bekasi, Rahmat Wahyudin, tewas dalam kecelakaan tunggal yang dialaminya. Motor yang dikendarainya menabrak dinding jembatan di Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon, Ahad (13/9) sekitar pukul 07.15 WIB.
Pada saat kondisi safar, seorang muslim membutuhkan tempat untuk bergantung dan dzat yang dia berharap pertolongan kepada-Nya. Dan hanya kepada Allah, Tuhannya dan Tuhan alam semesta, tempatnya bertawakkal dan berharap.
Karena keyakinan tiada sesutu yang terjadi di muka bumi ini kecuali dengan izin Allah, membuat seorang muslim selalu bertawakkal kepada-Nya.
Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi dan yang tidak dikehendaki-Nya tak akan pernah terjadi. Jika Dia berkehendak untuk menurunkan kebaikan pada seseorang tak seorang pun bisa menahannya. Dan jika berkehendak menimpakan keburukan dan musibah, tak juga ada yang mampu menghalangi dan memindahkannya. Dia Mahakuasa berbuat segalanya. Oleh karenannya hanya kepada-Nya seorang muslim berdoa serta memohon keselamatan.
Oleh karenanya perlu sekali seorang pemudik muslim melazimi doa yang ada dalam ajaran agamanya agar mendapat pertolongan Tuhan-nya. Di antara doa-doa yang berkaitan dengan safar adalah:
Doa ketika keluar rumah
Ketika keluar rumah hendaknya berdoa berikut ini:
بِسْمِ الله تَوَكّلْتُ عَلَى الله، لا حَوْلَ وَلا قُوّةَ إِلاّ بالله
"Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah". (Shahih, HR. Tirmidzi dan Abu Dwud)
اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu agar tidak tersesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, menganiaya atau dianiaya, dan berlindung kepada-Mu agar tidak berbuat bodoh atau dibodohi." (HR. Abu Dawud)
Doa di atas kendaraan
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memberikan tuntunan ketika akan menaiki kendaraan. Ketika akan menaiki kendaraannya, beliau membaca BISMILLAH, dan ketika sudah duduk di atasnya beliau membaca ALHAMDULILLAH. Kemudian beliau membaca:
{ سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ }
(Maha Suci Rabb yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, sedang sebelumnya kami tidak mampu. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami –pada hari kiamat-)
Kemudian beliau membaca ALHAMDULILLAH (3X) ALLAHU AKBAR (3X)
سُبْحَانَكَ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
"Mahasuci Engkau Ya Allah, sesungguhnya aku telah mendzalimi diriku sendiri, berilah ampunan kepadaku. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau."
Do'a ketika dalam safar
Dalam riwayat Imam Muslim, dari Ibnu Umar radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi tuntunan doa ketika naik kendaraan dan bersiap-siap untuk perjalanan:
اَللهُ أَكْبَرُ - اَللهُ أَكْبَرُ - اَللهُ أَكْبَرُ - { سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ } اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنْ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالْأَهْلِ
"ALLAHU AKBAR (3X), (Maha Suci Rabb yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, sedang sebelumnya kami tidak mampu. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami –pada hari kiamat-). Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kebaikan dan takwa dalam perjalanan ini, kami mohon perbuatan yang Engkau ridlai. Ya Allah, permudahlah perjalanan kami ini, dan dekatkan jaraknya bagi kami. Ya Allah, Engkaulah pendamping dalam bepergian dan Engkaulah yang menjaga keluarga. Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari susahnya safar, kesedihan dan buruknya kesudahan pada harta dan keluarga'."
Dan apabila ketika kembali dari safar membaca doa di atas dan ditambah doa berikut:
آيِبُونَ تَائِبُونَ عَابِدُونَ لِرَبِّنَا حَامِدُونَ
"Kami kembali, bertaubat, tetap beribadah, dan selalu memuji Rabb kami."
Ketika melewati tempat yang naik dan turun
Dari Jabir bin Abdillah, dia berkata: "kami membaca takbir (ALLAHU AKBAR) ketika berjalan naik dan membaca tasbih (SUBHANALLAH) ketika jalan menurun." (HR. Bukhari)
Apabila singgah di suatu tempat
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Khaulah binti Hakim as-Salamiyyah, dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "siapa yang singgah di suatu tempat lalu berdoa:
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ
"Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa saja yang telah diciptakan-Nya." Maka tidak akan ada sesuatu yang bisa membahayakannya sehingga dia beranjak dari tempat tersebut.
Doa ketika masuk desa
Diriwayatkan oleh Imam al-Hakim, ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam akan memasuki sebuah desa beliau berdoa:
اَللَّهُمَّ رَبَّ السَمَاوَاتِ السَّبْعِ وَمَا أَظْلَلْنَ ، وَرَبَّ الْأَرْضِيْنَ السَّبْعِ وَمَا أَقْلَلْنَ ، وَرَبَّ الشَّيَاطِيْنَ وَمَا أَضْلَلْنَ ، وَرَبَّ الرِّيَاحِ وَمَا ذَرَيْنَ ، فَإِنَّا نَسْأَلُكَ خَيْرَ هَذِهِ الْقَرْيَةِ وَخَيْرَ أَهْلِهَا ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ أَهْلِهَا ، وَشَرِّ مَا فِيْهَا
"Ya Allah, Rabb tujuh langit dan apa yang dinaunginya, dan Rabb tujuh bumi dan apa yang di atasnya, dan Rabb yang menguasai syetan dan apa yang mereka sesatkan, dan Rabb yang menguasai angin dan apa yang ia hembuskan. Kami benar-benar meminta kepada-Mu kebaikan negeri ini dan kebaikan para penduduknya. Dan kami berlindungh kepada-Mu dari keburukan negeri ini dan keburukan para penduduknya, serta keburukan yang ada di dalamnya." (Diriwayatkan juga oleh Ibnus Sunni dalam 'Amalul Yaum wa Lailah)
Wallahu a‘lam bis-shawab.
(PurWD/voa-islam)