Kaum muslimin rohimani wa rohimakumulloh,
Perhelatan akbar yang setiap tahun digelar dan dihadiri jutaan kaum muslimin di Padang Arofah sebagaimana yang terjadi kemarin, oleh sebagian pemikir dan pejuang Islam diharapkan menjadi Muktamar Islam se-Dunia. Sebuah pertemuan besar dan suci yang diharapkan melahirkan berbagai kemajuan bagi kemaslahatan dan kemanfaatan Islam dan kaum muslimin.
Namun harapan itu tampaknya masih jauh dari kenyataan. Berbagai fakta yang menyelimuti segenap aspek kehidupan kaum muslimin masih jauh dari apa yang disampaikan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dahulu saat Haji Wada’ di mana tak lama kemudian setelah itu beliau wafat meninggalkan umatnya tercinta, yakni:
“Sesungguhnya darah kalian, harta dan kehormatan kalian adalah merupakan kemuliaan bagi kalian, sebagaimana kemuliaan hari ini, di bulan ini dan di negeri ini.”
Semua yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas berupa darah, harta, kehormatan bahkan negeri-negeri kaum muslimin pada hari ini justru telah dijajah dan dijarah oleh kaum kuffar la’natullah ‘alaihim yang malah terus dilayani dengan rela dan penuh kehormatan olah para penguasa negeri yang telah menjadi komprador (perpanjangan tangan) mereka. Sebagaimana yang ditunjukkan secara kasat mata tempo hari oleh penguasa negeri ini terhadap Obama, Sang Kepala Negara Penjajah yang jahat dan kejam serta telah menebar teror di seantero tanah air kaum muslimin.
Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah,
Kunjungan Obama ke negeri mayoritas muslim ini dan penerimaan SBY beserta jajarannya yang begitu hangat dan terbuka hingga salah satu menterinya yang berasal dari ‘partai dakwah’ sebagaimana yang mereka klaim, sampai lupa syariat Islam yakni berjabatan tangan erat dengan istri Obama. Dan ternyata hanya secuplik kemaksiatan itulah yang menghiasi berita di harian yang terbit di Amerika sana. Sungguh, perilaku penguasa negeri ini telah menyakiti hati kaum muslimin.
....Perilaku penguasa negeri ini telah menyakiti hati kaum muslimin. Bencana demi bencana yang terjadi sebagai peringatan dari Allah Azza wa Jalla ternyata belum mampu menggetarkan nurani para pemimpin Negeri 1001 Bencana ini....
Bencana demi bencana yang terjadi sebagai peringatan dari Allah Azza wa Jalla ternyata belum mampu menggetarkan nurani para pemimpin Negeri 1001 Bencana ini. Mereka malah justru hanya mempertebal kosmetik dan mengenakan topeng-topeng pencitraan diri. Padahal Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) ” (Qs Ar Rum 41).
Berbagai bencana yang timbul adalah karena akibat sebahagian dari perbuatan manusia agar manusia mau kembali kepada ajaran Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang lebih aneh lagi, kalau jajaran pejabat mungkin telah lupa dengan ayat-ayat Al-Qur’an maka wajar kalau mereka berpendapat bahwa kejadian dan musibah bencana alam tidak berkaitan dengan apapun melainkan gejala alam biasa. Bahkan mereka seolah lupa dengan kekuasaan Allah Yang Maha Mencipta dan Maha Berkuasa atas makhluk-Nya. Namun lain lagi dengan ungkapan seorang Ulama dan Imam Besar Masjid Istiqlal sekaligus Guru Besar Ilmu Hadits Institut Ilmu Qur’an. Ia dengan entengnya memuji – muji pribadi Obama sebagai pribadi yang cerdas, berpikiran positif, ramah dan terbuka. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un!
....Musibah apalagi yang lebih besar dari tergelincirnya orang alim yang akan berakibat rusaknya agama?....
Musibah apalagi yang lebih besar dari tergelincirnya orang alim yang akan berakibat rusaknya agama? Apakah beliau ini hidup di gunung terpencil hingga tidak mengetahui kejahatan Amerika terhadap Islam dan kaum muslimin di mana Obama adalah pemimpinnya? Tidak saudara, ia adalah orang yang hidup di Jakarta di mana semua akses informasi bisa didapatkannya dengan amat mudah. Bahkan ia warganegara sebuah Negara yang konon Pembukaan UUD-nya menyatakan bahwa penjajahan di seluruh muka bumi harus dihapuskan.
Masalah terbesarnya bukan pada tahu atau tidak tahunya seseorang semisal Guru dan Imam Besar dari Masjid terbesar di Asia Tenggara ini, inti permasalahannya pada masalah iman. Iman palsu yang tumpul dari kepedulian. Lihatlah bagaimana Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam mengaitkan keislaman seseorang dengan kepeduliannya terhadap keadaan kaum muslimin:
Siapa yang tidak peduli (ihtimam) terhadap urusan umat Islam, maka ia bukan golongan mereka” (HR At-Tabrani).
‘Orang Besar’ ini seolah-olah lupa kebijakan Obama yang meneruskan peperangan yang dipaksakan kepada kaum muslimin di Irak, Somalia, Filipina dan Afghanistan. Ia seperti buta terhadap pemboman keji di Gaza yang dilakukan Israel atas dukungan dan perlindungan Amerika. Bahkan negeri kafir ini telah dengan seenaknya merampok kekayaan alam di penjuru sudut wilayah negeri ini. Bagaimana mungkin jari jemari tangan yang senantiasa disucikan dengan wudhu’ bisa bergenggaman erat dengan tangan yang terus menerus menandatangi berbagai kebijakan Amerika yang keji dan jahat serta berlumuran darah kaum muslimin?
Jika gunung Merapi meletus hari ini dan menelan korban yang tidak sedikit saat sekarang tapi kelak di kemudian hari, segala material vulkanik yang telah dimuntahkannya akan bermanfaat bagi bumi dan generasi mendatang. Jadi dengan berat hati dan penuh rasa keprihatinan terhadap para korban letusan Merapi, kita masih bisa memberi harapan akan kebaikan yang akan diperoleh bagi manusia di masa mendatang. Apalagi jika manusia segera kembali dengan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka semua kesusahan yang mereka alami, insya Allah akan berubah menjadi keberkahan dari sisi Allah Yang Maha Tinggi.
Namun kalau rusaknya agama akibat ulah orang-orang alim maka tidak akan ada yang bisa diharapkan kecuali kesesatan dan kenestapaan yang abadi bagi umat manusia. Jangan lagi berharap Obama akan masuk Islam, ia malah merasa telah melakukan kebajikan dengan kezalimannya. Sebagaimana yang diungkap seorang Ulama Saudi yang bernama Syaikh Abdul Muhsin Al Ubaikan yang melegalkan kekejaman Amerika di Iraq sebagai sesuatu yang wajar dan benar. Maka bahasa tubuh ‘tokoh ulama kita ini dan ungkapan lisannya lebih buruk dari itu.
....Perang global terhadap terorisme yang dikumandangkan Amerika dan sekutu-sekutunya dari kelompok negeri-negeri Kristen dan Komunis, pada hakikatnya adalah perang terhadap Islam dan kaum muslimin....
Kaum muslimin rohimani wa rohimakumulloh,
Perang global terhadap terorisme yang dikumandangkan Amerika dan diikuti sekutu-sekutunya dari kelompok negeri-negeri Kristen dan Komunis serta negeri-negeri berpenduduk kaum muslimin yang telah tunduk kepada Amerika, pada hakikatnya adalah perang terhadap Islam dan kaum muslimin. Karena faktanya, semua yang disebut teroris atau organisasi teroris adalah kaum muslimin dan organisasi Islam yang tegas tidak mau berkompromi dengan Amerika dan sekutunya.
Amerika dan sekutunya menjatuhkan ribuan ton bom di Iraq dan Afghanistan, membantai kaum muslimin dengan tidak memandang apakah mereka itu bersenjata atau tidak, membunuhi dan mempermalukan wanita muslimah bahkan anak-anak. Namun PBB tidak memasukkan Amerika dan sekutunya sebagai teroris, kenapa?
Karena PBB, menurut Muhammad Iqbal, tidal lebih dari perwujudan parlemen Iblis yang memiliki visi pokok untuk mencegah kebangkitan kaum muslimin menuju kejayaan Islam. PBB melegitimasi penjajahan gaya baru terhadap negeri-negeri kaum muslimin oleh Barat yang kufur.
Dan kekufuran itu satu millah, maka jelas siapa dan Negara manapun selama tidak menjadikan Islam sebagai ideologinya pasti akan menargetkan Islam dan kaum muslimin sebagai musuh bersama. Kebolehan mereka dalam menghancurkan potensi dan kekuatan kaum muslimin adalah dengan terlebih dahulu melabelkan Terorisme. Karena kata ini dipahami masyarakat luas sebagai extra ordinary crime (kejahatan luar biasa) yang bisa dipastikan apabila kata teroris disematkan kepada seseorang atau sebuah kelompok muslim maka praktis ia atau kelompok itu akan menjadi common enemy (musuh bersama). Sementara definisi terorisme menjadi monopoli mereka, mengerikan sekali. Mereka dengan leluasa melibas dan membantai siapa saja yang dituduh teroris.
....Sementara definisi terorisme menjadi monopoli mereka, mengerikan sekali. Mereka dengan leluasa melibas dan membantai siapa saja yang dituduh teroris....
Kaum muslimin rohimani wa rohimakumulloh,
Berdasarkan taujih nabawiyah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-haditsnya, muncullah titik terang dan harapan bagi umat Islam akan kembalinya kekhalifahan yang berpedoman dengan Manhaj Kenabian. Sebuah tatanan politik dunia Islam yang bersatu akan kembali untuk terakhir kalinya sebelum dunia dihancurkan Allah Azza wa Jalla dengan huru – hara Kiamat yang dijanjikan-Nya.
Kelompok kaum muslimin yang akan mengusung ide luhur ini adalah mereka yang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dinamakan sebagai Thoifah Al Manshuroh sebagaimana sabda beliau dalam haditsnya:
“Terus-menerus ada kelompok dari umatku yang mereka tetap tegak di atas kebenaran, tidak membahayakan mereka orang mencerca mereka sampai datang ketentuan Allah (Hari Kiamat) dan mereka dalam keadaan seperti itu “.
Dikeluarkan oleh Muslim dari hadits Tsauban radhiyallahu ‘anhu dan semakna dengannya diriwayatkan oleh Bukhory dan Muslim dari hadits Mughiroh bin Syu’bah dan Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhuma dan diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu.
Sedangkan jalan yang ditempuh kelompok ini adalah Ad Dakwah wal Jihad dalam makna syar’i yang sebenar-benarnya. Dakwah di sini bisa kita artikan sebagai upaya melakukan perubahan dari situasi kondisi yang terancam azab Allah kepada situasi kondisi yang dijanjikan diturunkannya rahmat, maghfirah dan ridha-Nya. Sedangkan Jihad adalah upaya yang dapat menjamin berjalannya perubahan yang baik itu secara lurus dan berkelanjutan hingga ke seluruh dunia. Kedua upaya ini tidak boleh dipisah-pisahkan hingga kemudian menjadi dikotomi yang antagonis.
Jadi, para dai yang dipimpin para ulama yang lurus merupakan partner para Mujahidin yang ikhlash. Membuat jurang antara dua kelompok ini jelas perbuatan yang akan merusak karakter Thoifah al Manshuroh itu sendiri. Jadi kalau ada kelompok yang mengaku penganut manhaj Salaf akan tetapi menihilkan Jihad dengan memberi syarat-syarat bid’ah pada pelaksanaan kewajiban Jihad sampai selalu mencela dan memusuhi kaum Mujahidin maka pastilah mereka bukanlah Salafi sejati. Sebaliknya, siapa saja yang mengaku berjihad tapi memusuhi Ulama secara serampangan dan menjauhi ilmu lantaran dianggap menyulitkan atau apapun alasannya, maka mereka sesungguhnya juga bukanlah Mujahid hakiki.
....Thoifah Al-Manshuroh mestinya berisi dua kelompok istimewa dari ummat ini, yaitu ulama yang mewarisi ilmu dan meniru karakter luhur kenabian dengan para Mujahidin yang ikhlash, cerdas, terampil dan berani....
Thoifah Al-Manshuroh mestinya berisi dua kelompok istimewa dari ummat ini, yaitu ulama yang mewarisi ilmu dan meniru karakter luhur kenabian dengan para Mujahidin yang ikhlash, cerdas, terampil dan berani. Di mana kedua ini bersinergi dalam kepatuhan kepada Allah Jalla wa ‘Alaa. Insya Allah, dengan begitu harmonisnya dua kelompok ini maka segala upaya rekayasa terorisme bisa dipatahkan bahkan Islam dan kaum Muslimin akan meraih kembali kejayaan sebagaimana yang pernah diperoleh para pendahulu umat ini yang shaleh.
Sepanjang belum terwujudnya harmonisasi dalam bersinerginya kedua kelompok istimewa ini (ulama dan mujahidin) dalam medan amal maka perjuangan kaum muslimin tidak akan memperoleh kemenangan yang hakiki. Wallahu Ta’ala A’lam.
Hasbunalloh wa ni’mal wakiil ni’mal maula wa ni’man nashiir, Allahu Akbar wa lillahil hamd.