Oleh:Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Membaca Al-Qur'an adalah ibadah yang agung. Melaluinya, seseorang memperoleh hidayah, ketentraman, dan nutrisi bagi hatinya. Pahalanya juga besar. Setiap huruf diganjar dengan sepuluh kebaikan.
Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
"Orang yang pandai membaca Al-Qur'an akan bersama para malaikat mulia lagi taat. Sedangkan yang membaca Al-Qur'an dengan terbata-bata dan ia mendapati kesulitan, baginya dua pahala." (HR. Muslim)
Imam al-Tirmidzi meriwayatkan hadits yang dari Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُوْلُ آلم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ حَرْفٌ
"Siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah maka baginya satu hasanah (kebaikan). Dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Tidaklah aku membaca Aliif Laam Miim itu satu huruf, tetapi Aliif itu satu huruf, Laam itu satu huruf, dan Miim itu satu huruf." (HR. Al-Tirmidzi)
Jadi besarnya pahala diikat dengan membacanya. Dan membaca sebagaimana yang sudah maklum adalah dengan menggerakkan bibir dan lisan sehingga terdengar suaranya, minimal oleh dirinya sendiri. Lalu bagaimana dengan orang yang membaca Al-Qur'an hanya dengan melihatnya dan membaca dengan hatinya, apakah ia akan memperoleh pahala di atas?
Menjalawab persoalan ini, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin telah menjawabnya. Beliau berpendapat, bahwa seseorang tidak mendapatkan pahala membaca Al-Qur'an yang telah dijanjikan kecuali apabila ia mengucapkan (membaca) Al-Qur'an. Dan membaca itu dengan menggerakkan dua bibir dan lisan.
Beliau melanjutkan, "Adapun orang yang hanya melihat tulisan dan huruf dengan matanya dan mengikutinya dengan hatinya, maka orang ini tidak membaca. Seseorang tidak boleh membiasakannya. Sebab, apabila membiasakan hal itu maka semua bacaannya bernilai sesuai hal ini."
"Realita ini sebagaimana dilakukan sebagian orang, engkau temukan ia membolak-balik mushaf, kepalanya menggeleng ke kanan dan ke kiri mengikuti tulisan. Tidak lama ia berpindah ke halaman kedua dalam waktu sangat singkat. Sehingga engkau yakin bahwa ia tidak membaca Al-Qur'an dengan mengucapkannya," tambah beliau.
. . . orang yang tidak membaca dengan mengucapkannya maka ia tidak diberi pahala orang yang membaca Al-Qur'an. . .
Ringkasnya, orang yang tidak membaca dengan mengucapkannya maka ia tidak diberi pahala orang yang membaca Al-Qur'an. Ini point yang pertama.
Kedua, kami nasehatkan kepada saudara-saudara kami, jauhilah cara membaca semacam ini. Yakni, membaca Al-Qur'an hanya dengan mata dan hatinya semata. jika terus melakukan ini maka mereka tidak mendapatkan kebaikan (pahala) yang banyak. (Sumber: Situs Resmi milik Fadhilah al-Syaikh al-'Allaamah Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, binothaimeen.com, dengan judul: Hal Yajuuzu Lii an Aqra-a Al-Qur'an Biduuni al-Nuthqi Bilhuruf?)
Fatwa Syaikh Ibnu Bazz
Syaikh Abdul Aziz bin Bazz berpendapat demikian. Beliau berkata, "Tidak ada larangan melihat isi Al-Qur'an untuk mentadabburi dan memahami maknanya, tanpa membaca. Tetapi ia tidak disebut membaca. Ia tidak mendapat keutamaan membaca kecuali apabila ia melafadzkan Al-Qur'an walau orang di sekitarnya tidak sampai mendengarnya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ
"Bacalah Al-Qur'an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberi syafaat kepada pembacanya." (HR. Muslim)
Maksud beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam ditujukan kepada para sahabatnya yang sedang mengamalkan Al-Qur'an. Sebagaimana terdapat dalam beberapa hadits lainnya, beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah maka baginya satu hasanah (kebaikan). Dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan." (HR. Al-Tirmidzi dan al-Daarimi dengan sanad yang shahih)
Tidak disebut membaca kecuali apabila ia melafadzkannya sebagaimana yang telah disebutkan oleh para ulama. Wallahu Waliyyut Taufiq. (Dinukil dari www.binbaz.org.sa; judul: Man Yandhuru fii al-Mushaf Duuna Tahriik al-Syafatain, Hal Yutsaabu 'Alaa Dzalik?)
. . . Pahala besar membaca Al-Qur'an diperoleh dengan membacanya dengan lisan dan menggerakkan kadua bibir sehingga terdengar, walau oleh dirinya sendiri saja. . .
Kesimpulan
Pahala besar membaca Al-Qur'an yang telah dijanjikan diperoleh dengan membacanya dengan lisan dan menggerakkan kadua bibir sehingga terdengar, walau oleh dirinya sendiri saja. Sedangkan membacanya dengan melihat mushaf dan direnungi dengan hati saja –tanpa melafadzkannya- tidak akan mendapat keutamaan membaca Al-Qur'an yang telah dijanjikan. Wallahu Ta'ala A'alm. [PurWD/voa-islam.com]