Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah kumpulan hari yang sangat mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia bersumpah dengannya dan memerintahkan memperbanyak dzikir kepada-Nya di hari-hari tersebut.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ
“Demi fajar, dan malam yang sepuluh.” (QS. Al-Fajr: 1-2)
Imam al-Thabari dalam menafsirkan “Wa Layaalin ‘Asr” (Dan malam yang sepuluh), “Dia adalah malam-malam sepuluh Dzulhijjah berdasarkan kesepakatan hujjah dari ahli ta’wil (ahli tafsir).” (Jaami’ al Bayan fi Ta’wil al-Qur’an: 7/514)
Penafsiran ini dikuatkan oleh Ibnu Katsir, “Dan malam-malam yang sepuluh, maksudnya: Sepuluh Dzulhijjah sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid, dan lebih dari satu ulama salaf dan khalaf.” (Ibnu Katsir: 4/535)
Dalam Surat Al-Hajj kumpulan hari tersebut disebutkan dengan nama Ayyaam Ma’luumaat agar hamba beriman banyak menyebut nama Allah padanya.
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ
“Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.” (QS. Al-Hajj: 27-28)
Imam Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat ini menukil riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhuma, “al-Ayyam al-Ma’lumat (hari-hari yang ditentukan) adalah hari-hari yang sepuluh.” (Tafsir Ibnu Katsir: 3/239)
Maka dapat disimpulkan bahwa keutamaan dan kemuliaan hari-hari yang sepuluh dari Dzulhijjah telah datang secara jelas dalam Al-Qur’an al-Karim yang dinamakan dengan Ayyaam Ma’lumaat karena keutamaannya dan kedudukannya yang mulia.
Anjuran Puasa Pada Sepuluh Hari Pertama Dzulhijjah
Dianjurkan memperbanyak amal-amal shalih pada kumpulan hari awal Dzulhijjah ini secara umum. Seperti, shalat, sohaqoh, shiyam, membaca Al-Qur’an, dzikir, memperbanyak doa, birrul walidain, silaturahim, berbagi kepada tetangga, membantu orang-orang yang kesusahan, menyantuni orang miskin, dan lainnya.
Para ulama memberikan perhatian kepada puasa sebagai salah satu amal istimewa di kumpulan hari tersebut. Misalnya, Imam Al-Nawawi dalam Riyadhus Shalihin menulis,
باب فضل الصوم وغيره في العشر الأول من ذي الحجة
“Bab Keutamaan Puasa dan selainnya di sepuluh hari pertama dari Dzilhijjah”.
Kemudian beliau sebutkan hadits dari Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
"Tidak ada satu amal shaleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shaleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah)." Para sahabat bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam menjawab: "Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Amal Shalih pada hadits ini bersifat umum. Yaitu mencakup segala bentuk amal shalih, bukan jenis amal tertentu saja. Walaupun sebagian amal-amal tertentu memiliki keutamaan yang lebih tinggi dibandingkan selainnya; seperti haji dan umrah, berkurban, berpuasa, membaca takbir, tahmid, dan tahlil padanya.
Hadits ini menjadi bukti bahwa amal shalih yang dikerjakan di sepuluh hari pertama Dzulhijjah memiliki keutamaan besar dan dan pahalanya dilipatgandakan.
Hubungan antara bab yang ditulis Imam Nawawi dengan hadits yang dicantumkannya menunjukkan bahwa puasa menjadi salah satu amal istimewa di sepuluh hari ini. Bahkan puasa termasuk salah satu jenis amal shalih yang utama, sebagaimana firman Allah,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ هُوَ لَهُ ، إِلَّا الصِّيَامَ فَهُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
“Setiap amal anak Adam adalah miliknya, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasinya.” (Muttafaq ‘Alaih)
. . . amal shalih yang dikerjakan di sepuluh hari pertama Dzulhijjah memiliki keutamaan besar dan dan pahalanya dilipatgandakan. . .
Dan yang paling utama dari kumpulan hari ini adalah hari kesembilan darinya yang disebut dengan hari ‘Arafah.
Para ulama sepakat, puasa hari 'Arafah adalah puasa sunnah dalam sehari yang paling utama. Keutamannya diterangkan dalam hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ
"Puasa hari 'Arafah; aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa setahun yang telah lalu dan setahun sesudahnya." (HR. Muslim)
Dalam redaksi lain, "Dan beliau ditanya tentang puasa hari 'Arafah, lalu beliau menjawab:
يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ
"Ia menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun sesudahnya." (Muslim)
Dari Hunaidah bin Khalid, dari istrinya, dari sebagian istri Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam, berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ
“Adalah Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam biasa berpuasa pada tangga 9 Dzulhijjah.” (HR. Abu Dawud dan Al-Nasai. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Kesimpulan
Salah satu amal shalih yang istimewa di sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah berpuasa. Seseorang bisa berpuasa pada sembilan hari pertamanya (tanggal 1 sampai 9), berpuasa pada kebanyakan harinya, atau separuhnya. Jika tidak mampu, maka janganlah meninggalkan puasa pada tanggal 9 nya. Yaitu shaum ‘Arafah.
Bagi yang terbiasa berpuasa bulanan seperti senin – Kamis, puasa Dawud, atau puasa tiga hari setiap bulan; hendaknya menambahkan niat dan semangatnya untuk melaksanakan amal-amal rutinnya itu di awal Dzulhijjah. Menggabungkan dua niat puasa sunnah dalam satu puasa. Berharap Allah akan beri keutamaan lebih dan pahala berlipat. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]