Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Berdiri adalah rukun shalat fardhu yang tidak sah shalat orang yang mampu berdiri kecuali dengannya. Dasarnya, firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
“Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk.” (QS. Al-Baqarah: 238)
Juga sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada ‘Imran bin Husain yang mengalami wasir,
صَلِّ قَائِمًافَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَىجَنْبٍ
“Shalatlah kamu dengan berdiri, jika tidak mampu maka shalatlah dengan duduk, dan jika tidak mampu juga maka shalatlah dengan berbaring.” (HR. Al-Bukhari)
Berbeda dengan shalat sunnah, baik sunnah rawatib ataupun nafilah, boleh dengan duduk walaupun tanpa udzur. Namun nilainya separoh darii shalat berdiri. Dari sini, yang paling utama tetap mengerjakannya dengan berdiri.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ صَلَّى قَائِمًا فَهُوَ أَفْضَلُ وَمَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ القَائِمِ وَمَنْ صَلَّى نَائِمًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ القَاعِدِ
“Siapa mengerjakan shalat dengan berdiri, maka itu lebih afdhal. Siapa shalat dengan duduk akan mendapatkan pahala separuh dari shalat berdiri. Siapa yang shalat dengan berbaring akan mendapat pahala separuh dari shalat duduk.” (HR. Bukhari)
Dari Abdullah bin Syaqiq, ia berkata: Aku bertanya kepada ‘Aisyah Radhiyallahu 'Anha tentang shalat Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan shalat sunnahnya? Ia menjawab, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam shalat di rumahku 4 rakaat sebelum Dzuhur, lalu keluar shalat mengimami orang-orang. Kemudian beliau masuk rumahku dan shalat 2 rakaat. Beliau shalat Maghrib berjamaah dengan orang-orang, lalu masuk ke rumahku dan shalat 2 rakaat. Lalu beliau shalat Isya’ berjamaah dengan orang-orang dan masuk rumahku lalu melaksanakan shalat 2 rakaat. Beliau shalat malam 9 rakaat, termasuk di dalamnya witir. Beliau pernah shalat malam cukup panjang dengan berdiri, dan di lain waktu dengan duduk. Apabila beliau membaca dalam keadaan berdiri maka ruku’ dan sujud pun dalam keadaan berdiri. Apabila membaca dengan duduk, beliau ruku’ dan sujud dengan duduk. Apabila telah terbit fajar maka beliau shalat 2 rakaat.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat Muslim yang lain, dari Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu 'Anhu menuturkan, bahwa dirinya pernah mendengar sabda Nabi tentang nilai shalat orang yang duduk separuh shalat. Lalu ia berkata, “Aku mendatangi beliau dan mendapatinya sedang shalat sambil duduk. Aku letakkan tanganku di atas kepalanya. Lalu beliau bersabda, “Ada apa denganmu wahai Abdullah bin ‘Amr?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, aku mendengar Anda bersabda, “Shalat seseorang dengan duduk adalah separoh shalat,” sedangkan Anda sendiri shalat dengan duduk. Beliau bersabda, “Benar, tetapi Aku tidak sepreti salah seorang dari kalian”.”
Kesimpulan
Sekali lagi, keringanan ini hanya di shalat sunnah. Sedangkan di shalat fardhu, wajib berdiri bagi yang mampu. Siapa yang tidak mampu berdiri, ia boleh shalat dengan duduk atau dengan bentuk yang disanggupinya. Sengaja tidak berdiri tanpa ada udzur syar’i menyebabkan shalat tidak sah. Sikap sebagian orang yang menggampangkan shalat dengan duduk, padahal tidak berudzur yang betul-betul, maka shalatnya tidak sah. [Baca: Masih Mampu Berdiri, Tidak Sah Shalat Fardhu Sambil Duduk di Kursi]
Berbeda dengan shalat sunnah. Dibolehkan mengerjakannya sambil duduk walau tanpa ada udzur. Namun nilainya setengah/separoh dari shalat berdiri. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]