Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
آمِينَ, -dengan memanjangkan Hamzah 2 harakat dan memanjangkan ujungnya- bentuk isim fi’i. Kalimat isim yang memiliki makna kalimah fi’il. Berfungsi sebagai penutup doa. Yakni, doa ditutup dengannya yang memiliki makna ‘kabulkan’.
[Baca: Hukum Membaca Amiin Sesudah Al-Fatihah di Luar Shalat]
Imam Ibnu Katsir memaknainya dengan “Ya Allah kabulkanlah!”. (Tafsir Ibnu Katsir (I/144)
Imam al-Qurthubi memaknainya,
اَللَّهُمَّ اسْتَجِبْ لَنَا
“Ya Allah kabulkan untuk kami.”
Kalimat ini menempati posisi doa. Siapa membacanya atas kalimat doa yang dibaca saudaranya, maka ia seperti orang yang berdoa tersebut.
Allah Ta’ala berfirman atas doa Nabi yang dibaca Musa dan diaminkan Harun Alaihimas Salam,
قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا وَلَا تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Allah berfirman: Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS. Yunus: 89)
Membaca Amiin Dalam Shalat
Membaca Amiin setelah selesai membaca Al-Fatihah dalam shalat adalah sunnah bagi imam, makmum, dan yang shalat sendirian. Dibaca keras pada shalat jahriyah dan dibaca lirih pada shalat sirriyah.
Diriwayatkan dari Wai bin Hujr Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata:
سمعت النبي صلى الله عليه وسلم قرأ: { غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ } فقال: آمين
“Aku mendengar Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam membaca ‘غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ’ lalu beliau berucap: Amiin.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan al-Tirmidzi. Imam Al-Tirmidzi menyatakannya sebagai hadits hassan)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, berkata:
كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا فَرَغَ مِنْ قِرَاءَةِ أُمِّ اَلْقُرْآنِ رَفَعَ صَوْتَهُ وَقَالَ : آمِينَ
“Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam selesai membaca Ummul Qur'an (Al-Fatihah) beliau meninggikan suaranya dan membaca: "Amiin." (HR. Al-Daruquthni, beliau menghassankannya. Dan dishahihkan al-Hakim)
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam membacanya dengan mengeraskan suaranya dan memanjangkannya sehingga didengar jamaah di shaff di belakang beliau sehingga masjid menjadi riuh dengan “amiin”. (HR. al-Haakim dan al-Baihaqi)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan dengan jelas, jika imam membaca Amiin maka makmum ikut membacanya.
إِذَا أَمَّنَ الْإِمَامُ فَأَمِّنُوْا فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِيْنُهُ تَأْمِيْنَ المَلَائكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Apabila imam membaca ‘Amiin’ maka Aminkanlah (baca Amiin pula,-pent). Karena siapa yang aminkan bebarengan dengan aminnya Malaikat akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Al-Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata,
يُسْتَحَبُّ لِمَنْ قَرَأَ الْفَاتِحَةَ أَنْ يَقُولَ بَعْدَهَا: آمِينَ... قَالَ أَصْحَابُنَا وَغَيْرُهُمْ: وَيُسْتَحَبُّ ذَلِكَ لِمَنْ هُوَ خَارِجُ الصَّلَاةِ، وَيَتَأَكَّدُ فِي حَقِّ الْمُصَلِّي، وَسَوَاءٌ كَانَ مُنْفَرِدًا أَوْ إِمَامًا أَوْ مَأْمُومًا، وَفِي جَمِيعِ الْأَحْوَالِ
“Disunnahkan bagi orang yang membaca Al-Fatihah agar membaca sesudahnya: Amiin... Para sahabat (madhab) kami dan selain mereka berkata: Membaca Amiin juga disunnahkan bagi yang membaca Al-Fatihah di luar shalat. Dan ditekankan bagi orang shalat; baik shalat sendirian, menjadi imam, atau makmum, serta disemua kondisi.” (Tafsir Ibnu Katsir: I/144)
Bagaimana Cara ‘Amiin’ Makmum?
Berdasarkan hadits Shahihain di atas, imam dan makmum sama-sama membaca amin. Dan amiinnya makmum bersamaan dengan aminnya imam.
Artinya, apabila imam membaca Amiin maka makmum ikut membaca Amiin. Agar bersamaan amiinnya imam dan makmum. Inilah pendapat Jumhur ulama. Dengan sebab ini diharapkan amin yang bareng tersebut bersamaan Amiinnya para malaikat, sehingga mendapat ampunan. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]