Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Di akhriat kelak, shalat menjadi barometer amal seorang muslim. Jika nilai shalatnya baik, baik pula semua amalnya. Sebaliknya, jika nilai shalatnya buruk maka buruk seluruh amalnya.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ
“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab dari seorang hamba adalah shalatnya. Apabila shaatnya bagus maka ia telah beruntung dan sukses. Bila shalatnya rusak maka ia telah rugi dan menyesal.” (HR. Abu Dawud, Al-Tirmidzi, dan Al-Nasai.HaditsinidishahihkanSyaikh Al-Albani)
Ternyata, pengaruh shalat terhadap kondisi pelakunya juga berlaku di dunia. Shalat yang baik akan memperbaiki amal-amalnya. Sebaliknya, pelaksanaan shalat yang buruk juga mempengaruhi amal-amalnya.
Suatu hari, saat akan shalat, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melihat beberapa orang dari sahabatnya memilih tempat bagian belakang. Yakni lebih memilih shaf belakang dan tidak maju ke barisan pertama. Kemudian beliau menyuruh mereka agar maju dan bermakmum dekat kepada beliau, “dan orang sesudah kalian bermakmum kepada kalian,”lanjutnya.
Yakni orang-orang yang terlambat dan berada jauh dari shaff pertama mengikuti para sahabat yang berada di belakang beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Kemudian beliau melanjutkan,
لا يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمْ اللَّهُ
“Suatu kaum masih saja bersikap lambat (dalam ketaatan kepada Allah -pent) sehingga Allah akan memperlambat mereka (dari rahmat-Nya).” (HR. Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu)
Maksudnya: suatu kaum yang membiasakan diri senantiasa terlambat dari shaff pertama atau dari barisan-barisan awal maka Allah akan menghukum mereka dengan menjadikan mereka terlambat dari proyek-proyek kebaikan.
Sebagian ulama lain menpendapat, dijadikan terlambat dari rahmat Allah, dari surga-Nya, keutamaan besar dari-Nya, dari kedudukan yang tinggi, atau terlambat dari mendapatkan ilmu. Dan semua makna ini bisa diterapkan kepada hadits tersebut.
Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah menjelaskan makna hadits ini sebagai berikut, “Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah melihat satu kaum mengambil tempat belakang di masjid. Yakni: tidak mau maju ke barisan-barisan depan. Kemudian beliau bersabda,
لا يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمْ اللَّهُ
“Suatu kaum masih saja bersikap lambat (dalam ketaatan kepada Allah -pent) sehingga Allah akan memperlambat mereka (dari rahmat-Nya).”
Tidak diragukan lagi juga, bahwa menerlambatkan diri dari shalat itu lebih (buruk,-pent) daripada menerlambatkan diri dari barisan pertama. Dari sini, dikhawatirkan, apabila seseorang membiasakan dirinya terlambat dalam ibadah maka Allah ‘Azza wa Jalla akan menghukumnya dengan mengakhirkannya (menjadikan ia terlambat) dalam semua proyek kebaikan. (Fatawa Syaikh Ibnu Utsaimin: 13/54)
Sebagian ulama memahami bahwa yang dimaksud oleh hadits ini adalah jamaah munafikin. Namun yang benar, seperti dituturkan Imam al-Syaukani Rahimahullah di Naulul Authar, “Dan yang nampak bahwa hadits ini berlaku umum bagi kaum munafikin dan selainnya. Hadits ini mendorong untuk berada di shaff awal dan peringatkan dari menjauhinya.”
. . . apabila seseorang membiasakan dirinya terlambat dalam ibadah maka Allah ‘Azza wa Jalla akan menghukumnya dengan mengakhirkannya (menjadikan ia terlambat) dalam semua proyek kebaikan. . . (Syaikh Ibnu Utsaimin)
Ringkasnya, hadits ini menganjurkan seseorang untuk shalat di shaff (barisan) pertama atau di barisan-barisan awal dan mencela orang yang membiasakan diri shalat di barisan-barisan belakang. Akibat sengaja menjauhi shaff awal, Allah akan jadikan dirinya terlambat atau dibagian belakang dari semua kebaikan.
[Baca: Biasa Terlambat Shalat, Allah Akhirkan dalam Semua Kebaikan]
Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk bersegera kepada kebaikan dan berlomba-lomba di dalamnya. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]