View Full Version
Senin, 28 Dec 2009

Demokrasi Porno: Demi Pilkada, Artis Seronok pun Berjilbab

SUKABUMI (voa-islam.com) – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Sukabumi masih beberapa bulan lagi, tepatnya pada Mei 2010. Tapi panasnya kompetisi politik sudah mulai terasa.

Di sejumlah lokasi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat mulai dijejali baliho bakal calon bupati dan wakil bupati. Tak terkecuali artis Ayu Azhari yang bertekad maju menjadi calon wakil bupati Sukabumi, mendampingi bakal calon Bupati dr H Heriyanto dari PDIP.

Meski pilkada masih lima bulan lagi, dan Ayu Azhari belum resmi menjadi calon Wakil Bupati, namun baliho artis Ayu Azhari mulai didirikan di sejumlah lokasi, Senin (28/12), dari halaman Sekretariat DPC Partai Matahari Bangsa (PMB) Kabupaten Sukabumi di Jalan Raya Situgunung, Kecamatan Kadudampit hingga jalur protokol Sukabumi.

Di jalan raya Situgunung kecamatan  Kadudampit misalnya, baliho Ayu Azhari dalam berukuran besar berdiri megah menyapa warga yang melintasi jalan tersebut.

"Kami juga akan memasangkan baliho pasangan bakal calon dr Heriyanto-Ayu Azhari di sejumlah lokasi, yakni Cicurug, Parungkuda, Cibadak, Cisaat, Selabintana, Sukaraja dan Sukalarang. Ada sembilan baliho yang akan dipasang," kata Sekretaris DPC PMB Kabupaten Sukabumi Saeful Haq.

Ia menyebutkan, hingga ini sudah ada 5 partai politik yang berkoalisi untuk mendukung pasangan Heriyanto dan Ayu Azhari yakni PDIP, PMB, Partai Pemuda Indonesia (PPI), Partai Kedaulatan (PK) dan Partai demokrasi Pembaruan (PDP).

Saeful menambahkan, Ayu Azhari siap bertarung dan siap menang dalam Pilkada nanti, terlebih lagi Ayu Azhari merupakan publik figur yang sudah dikenal oleh kalangan masyarakat.

..Gambar balon wabub Ayu Azhari nampak anggun dan shalihah, mengenakan kerudung hitam. Penampilan yang sangat kontras dengan busana kesehariannya yang ala kadarnya, dengan mengobral sejumlah auratnya...

Tak seperti biasanya, kali ini gambar balon wabub Ayu Azhari nampak sangat ayu, anggun dan shalihah, mengenakan kerudung hitam berdampingan bersama pasangannya, dr H Heriyanto.

Penampilan tersebut sangat kontras dengan busana kesehariannya. Biasanya, Ayu Azhari tampil dengan busana khas yang ala kadarnya dan mengobral sejumlah auratnya kepada khalayak. Apalagi di pentas dangdut, penampilannya yang seronok itu sangat memalukan untuk dilukiskan dengan kata-kata maupun tulisan.

Masih belum pupus dalam ingatan kita, betapa Ayu Azhari adalah sosok yang tidak tahu etika, mengumbar aurat kepada siapapun tanpa pandang bulu, termasuk kepada seorang Menteri Kehutanan MS Kaban yang notabene adalah ketua partai Islam.

Aksi seronok Ayu Azhari ketika tampil membaca puisi dalam acara Peringatan Seperempat Abad Departemen Kehutanan (Dephut) bertajuk Pagelaran Seni Suluk Hijau di Gedung Manggala Wanabhakti, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (27/3) malam.

Menurut kabar dari Warta Kota (30/03/2008), aksi “pamer dada” Ayu Azhari di hadapan menteri itu sungguh keterlaluan. Betapa tidak, busana yang dikenakan, atasan model halter warna hijau muda dengan punggung terbuka dan bawahan kain selutut warna hijau bermotif merumbai, Ayu tampil seksi dalam acara itu. Bajunya yang tanpa lengan dengan bagian belakang terbuka serta diikat pada bagian leher itu menampakkan bagian dada seolah-olah tanpa pelindung (BH) alias no bra.

Bahkan saat mengakhiri puisinya, Ayu meninggalkan panggung seraya menari setengah berputar beberapa saat, sehingga… astagfirullah, tidak pantas bila dituliskan di sini.

Buntut dari aksi erotis Ayu Azhari itu, Menhut MS Kaban sangat marah atas penampilan seronok tersebut.

Pamer aurat “wilayah dada” Ayu Azhari itu bukan yang pertama kali, melainkan sudah berkali-kali. Saat tampil di Surabaya, dalam Gara-gara penampilan seronoknya, ia digugat Rp 100 juta oleh panitia.
   
Menurut koran Surya (2/4/2007), aksi seronoknya saat tampil menyanyikan lagu dangdut di panggung kafe Experanza, Surabaya, Rabu (21/2/2007). Ayu mengenakan gaun dengan bagian dada agak terbuka, bergoyang sambil menonjolkan –maaf– payudaranya yang sebagian menyembul.

Kini, Ayu Azhari berbusana muslimah, meski hanya sebatas di baliho kampanye pilkada. Apakah itu pertanda terbukanya pintu pertaubatan? Mudah-mudahan begitu.

Ataukah itu hanya akal bulus untuk meraih simpati kaum Muslimin agar langkah politiknya menjadi wakil bupati? Wallahu a’lam. Yang penting umat jangan tertipu oleh lipstik demokrasi seronok yang murahan itu. [Ali/inlh]

Baca berita terkait:


latestnews

View Full Version