EMPAT hari sudah, Dulmatin menghembuskan nafas pamungkas untuk menemui Rabbnya, sejak ditembak tim Densus 88 di Pamulang, Tangerang Banten pada Selasa 9 Maret 2010, bersama dua orang rekannya. Para pelayat dan pengantar jenazah Dulmatin mencium aroma wangi memancar dari jasadnya. Pertanda apakah ini?
Kamis malam, pukul 20.50 WIB, jenazah Dulmatin diberangkatkan menuju Pemalang, dari Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, dibawa mobil ambulans yang dikawal dua mobil polisi.
Jenazah Dulmatin tiba di kediaman keluarga di Jalan Garuda Pasar Patarukan, Pemalang, Jawa Tengah sebelum subuh, pukul 03:00 WIB.
Kepulangan jasad Dulmatin yang bernama asli Amar Usman bin Usman bin Sovie ini disambut dengan spanduk heroic bertuliskan “Ammar bin Usman Sovie bukan teroris tapi mujahid.”
Nampak dari mobil ambulans berplat B 1017 TIX dikeluarkan peti jenazah bertuliskan nama Joko Pitono alias Amar Usman alias Dulmatin yang tertempel di bagan depan.
Begitu jenazah tiba di rumah orang tua Dulmatin yang berada persis didepan pasar Petarukan Pemalang, peti langsung diusung oleh para pelayat dan dimasukkan ke dalam rumah sekaligus toko yang bercat hijau.
Setelah peti jenazah dibuka dan keluarga menyaksikan kondisi jenazah, kemudian keluarga mempersilakan para pelayat yang mayoritas laki-laki untuk melihat keadaan jenazah.
Para pelayat yang datang kebanyakan berasal dari kota Solo, Pekalongan, Semarang, Kudus dan beberapa kota terdekat lainnya. Bahkan ba'da subuh tadi aliran mobil pelayat mulai tambah berdatangan.
Prosesi pemakaman ini diawali dengan upacara pelepasan oleh seluruh keluarga besar Dulmatin. Iringan takbir pun lantang disuarakan sekelompok orang bersama keluarga.
Sebelum dibawa ke pemakaman keluarga, jasad Dulmatin dishalatkan terlebih dahulu di Masjid Maitul Mutaqin yang tak jauh dari kediaman Dulmatin.
Keluarga besar Dulmatin tampak menghadiri pemakaman tersebut dengan hikmat, di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Lenong, Kelurahan Lenong. Pemakaman ini berjarak sekitar 5 kilometer dari kediaman keluarga.
Selain keluarga, masyarakat pun turut serta menghantarkan tersangka yang diduga menjadi otak bom Bali I tahun 2002 itu.
Pasca pemakaman, berita adanya aroma wangi dari jasad Dulmatin pun beredar luas. Sebuah sms yang berisi kesaksian tentang kondisi yang bunyinya sbb:
“Bismillah… saya istri asy-syahid Dulmatin menyaksikan bahwa suami saya insya Allah SYAHID.. Saya mencium wangi dari jasadnya dan darahnya.. tersenyum, bersih wajahnya, ketenangan terpancar.. tampak lafadz Alloh di langit.. Pekikan takbir naik ke atas.. Subhanalloh, Allohu Akbar3x.”
Ba’asyir: Itu Pertanda Dulmatin bukan Teroris tapi Mujahid
Meski tidak mengenal betul sosok Dulmatin, Pimpinan Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir menyakini bahwa Dulmatin bukanlah seorang teroris yang selama ini diburu polisi.
...mereka pejuang Islam, bukan teroris, yang teroris adalah Amerika. Itu yang dibalik, maling teriak maling, tapi Indonesia taklid, kata Ba’asyir...
Menurutnya, Dulmatin adalah seorang mujahid, karena membela orang Islam yang tertindas di luar negeri. Kendati dinilai teroris, Ba'asyir mempersilakan masyarakat tidak setuju dengan jihad cara Dulmatin.
"Silakan masyarakat menilai, yang saya tahu mereka pejuang Islam, bukan teroris, yang teroris adalah Amerika. Itu yang dibalik, maling teriak maling, tapi Indonesia taklid," kata Ba’asyir, Jumat (12/3/2010).
Selain itu, menurut Ba'asyir, berbeda jasad orang yang disebut teroris dengan jasad orang yang bukan teroris. Hal itu, dibuktikan dari jenazah Dulmatin dari kawan-kawan yang melihat langsung jenazahnya sebelum dimakamkan.
"Saya dengar dari kawan-kawan di sana yang melihat jenazah Dulmatin. Baunya wangi dan darah masih mengalir. Kenapa demikian, itu membuktikan dia bukan teroris. Sebab kalau teroris, lima menit setelah mati pasti busuk," kata Ba'asyir. Wallahu a’lamu bis-shawab. [taz/voa-islam.com]
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki” (Qs. Ali Imran 169).
Baca berita terkait: