JAKARTA (voa-islam.com) – Kedatangan Obama ke Indonesia diendus sebagai agenda penguasaan sektor tambang, mineral dan sumber energi. Karenanya, Forum Intelektual Muslim (FIM) menolak kedatangan Obama ke Indonesia, bahkan menentang agenda Kemitraan Komprehensif (Comprehensive Partner) antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS).
Pernyataan sikap itu dikemukakan dalam acara bertema “Tolak Obama, Presiden Negara Penjajah,” berlangsung di Kampus UIN Ciputat (8/11/2010).
Menurut Dr Arim Nasim, Dosen Ekonomi Syariah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, kedatangan Barack Obama ke Indonesia ditujukan untuk memantapkan agenda “kemitraan komprehensif” jelas bersifat imperialistik, yang tentunya sarat tipu daya. “Hal ini tidak lain, adalah untuk mengokohkan kepentingan politik dan ekonomi AS,” ujarnya.
Jamak diketahui, bahwa peningkatan ekspor Indonesia ke AS lebih banyak bahan mentah, seperti. Kerjasama ekonomi kedua negara tidak menguntungkan pihak Indonesia, karena nilai tambah bagi industri dalam negeri minim bahkan nihil. “tetapi yang terjadi, adalah eksploitasi Sumber Daya Alam besar-besaran,” tegasnya.
….kedatangan Barack Obama ke Indonesia ditujukan untuk memantapkan agenda “kemitraan komprehensif” jelas bersifat imperialistik, yang tentunya sarat tipu daya….
Pasokan sumber energi selain minyak bumi, seperti batubara dan gas untuk kebutuhan dalam negeri rendah. Bahan energi ini lebih banyak di ekspor keluar. Di sisi lain, Indonesia sebagai sasaran, pangsa pasar bagi produk berbasis teknologi yang mereka miliki. Hubungan tidak imbang ini terjadi antara Indonesia sebagai negara lemah dan AS sebagai adidaya. “sehingga terjadi ketergantungan luar biasa dari sisi sains dan teknologi,” ungkapnya menambahkan.
Penguasaan Sektor Tambang, Mineral dan Sumber Energi
Arman, Dosen Politeknik Negeri Ujung Pandang menyatakan bahwa PT. INCO yang beroperasi di Sulawesi mendapatkan lahan yang tambang nikel yang melimpah. “Hanya dengan menggali tanah di kedalaman 20 hingga 25 meter mineral nikel sudah melimpah,” ujarnya.
Sayang, kepemilikan saham perusahaan ini sekitar 80% dinikmati investor asing. Hanya dengan metode penambangan sederhana, nikel sudah bisa diangkut. Tambang emas yang dimiliki oleh swasta asing seperti Freeport dan Newmont semakin haus akan mineral emas milik Indonesia, dengan perolehan pihak Indonesia yang minimalis. “Kedatangan Obama bertujuan, salah satunya pemantapan agenda penguasaan tambang milik perusahaan AS,” ungkap Alumnus Teknik Metalurgi UI ini.
….Kedatangan Obama bertujuan, salah satunya pemantapan agenda penguasaan tambang milik perusahaan AS….
Dosen Fisika Universitas Padjajaran Dr. (Cand) Nurhilal Ahmad menilai, dengan arahan pihak asing, selama ini kita disibukkan untuk meneliti sumber energi terbarukan seperti biodiesel. Padahal, cadangan sumberdaya energi kita melimpah. “ini menyesatkan,” tambahnya.
“Pihak asing seperti AS ‘mengecoh’ peneliti Indonesia, kita menggelontorkan dana untuk meneliti energi terbarukan, sedangkan mereka asyik menikmati bahan tambang energi kita,” tegasnya.
Sebagai informasi, dalam blue print yang dibuat oleh kementerian ESDM tahun 2005, cadangan energi Indonesia; BBM cukup untuk 18 tahun, Gas 41 tahun, batu bara 150 tahun dengan cadangan uranium 11%. Ini potensial untuk pengembangan Sumberdaya Energi Nuklir.
Juga, cadangan minyak Cepu mencapai 10,9 miliar barel, ini potensial untuk dijadikan cadangan kebutuhan minyak AS untuk tahun mendatang,” tambahnya.
Penyusupan kebijakan yang searah dengan kepentingan asing di bidang Migas dimuluskan oleh keberadaan UU Migas no. 22/2001. “Selanjutnya, di bawah payung UU Migas yang liberal dan export minded ini, perusahaan asing dibolehkan mengobok migas kita dari hulu hingga hilir,” tegasnya.
Pemerintah nantinya hanya berperan sebagai regulator dan katalisator untuk mempercepat eksploitasi SD Energi. Peran pemerintah yang diwakili Pertamina sebagai BUMN dilumpuhkan. “Dengan isu manajemen yang buruk, perlahan Pertamina sebagai BUMN harus rela kehilangan dominasinya di sektor Migas,” ungkapnya retoris.
….Dengan isu manajemen yang buruk, perlahan Pertamina sebagai BUMN harus rela kehilangan dominasinya di sektor Migas….
Intelektual Muslim Harus Tolak Obama
KH Shiddiq Al Jawi selaku DPP Hizbut Tahrir Indonesia, menilai seorang intelektual muslim setidaknya harus memiliki syarat, yaitu; tidak hanya memiliki pengetahuan dan keilmuan di bidangnya, tetapi juga harus memiliki kepedulian terhadap kondisi sosial masyarakat.
“Seseorang yang mengetahui bidang keilmuannya belum tentu seorang intelektual, karena, seorang intelektual harus memahami realitas sosial dan problematika yang terjadi di masyarakat,” tegasnya
Tentunya, pemahaman terhadap politik imperialis AS dan kondisi negeri-negeri muslim yang sedang terjajah, mutlak diperlukan. Selain itu, pemahaman terhadap realitas dan ideologi Islam harus dimiliki oleh intelektual muslim.
Pengamalan keilmuannya harus dalam koridor Islam, “Tidak hanya ibadah, tetapi segala sesuatu harus disandarkan pada perintah Allah,” katanya menambahkan.
Dosen STIE Hamfara ini melanjutkan, membangkitkan kesadaran rakyat harus dilakukan dengan membongkar makar dibalik topeng ‘kemitraan komprehensif.’ Kenapa harus dibongkar?, karena bahaya yang ditimbulkan oleh orang-orang kafir di dalamnya. “Saya mengimbau agar masalah kedatangan Obama, ditolak dengan penolakan yang sekeras-kerasnya,” tutupnya disambut pekikan takbir.
Dikatakan oleh Ketua DPP HTI Ustadz Rokhmat S Labib, bahwa kedatangan Obama adalah dalam rangka menyebarkan ideologi kapitalis liberal AS. Bukan untuk jalan-jalan. Problem besar yang menimpa negara Indonesia adalah tidak bisa membedakan mana kawan dan mana lawan. “Menjadikan kawan sebagai musuh, dan menjadikan musuh sebagai kawan, ini sangat berbahaya,” tegasnya.
….kedatangan Obama adalah dalam rangka menyebarkan ideologi kapitalis liberal AS, bukan untuk jalan-jalan….
Ustadz Labib melanjutkan, analogi permainan catur dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan AS dan Indonesia. “Dalam permainan catur, jika kita menggerakkan bidak, lalu lawan kita tersenyum itu berarti musuh akan bersiap menghabisi kita, minimal memakan bidak kita,” ceritanya.
Atas nama HAM dan Demokratisasi mereka membuat skenario penjajahan terhadap negeri-negeri Islam. Jadi, jangan terlalu senang dipuji oleh pihak asing, apalagi AS yang punya banyak kepentingan terhadap Indonesia. [helmy akbar]