JAKARTA -- Satuan Perindustiran dan Perdagangan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya menyita 375 ribu keping VCD/ DVD bajakan dan porno dari sebuah kendaraan ekspedisi di kawasan Glodok, Jakarta Barat. Rencananya VCD dan DVD itu akan di distribusikan untuk perdagang di daerah tersebut.
"Saat ini kita masih melakukan penyelidikan. Untuk mencari pembuat VCD/DVD bajakan dan porno tersebut," ujar Kepala Satuan Perindustrian dan Perdagangan Polda Metro Jaya, AKBP Rudi Setiawan Kamis (9/7).
Menurutnya penangkapan ini tidak terlepas dari laporan masyarakat. Seperti diketahui bahwa daerah glodok merupakan salah satu tempat penjualan VCD/DVD bajakan. Tidak hanya itu, beberapa pedagang juga menjual film porno yang sangat meresahkan. "Dari laporan itu kita mencari siapa sebetulnya yang mendistribusikan film-film bajakan tersebut," katanya.
Hasil penyelidikan kemudian mengarah kepada sebuah mobil Box yang diduga menyalurkan barang bajakan itu. "Kita langsung amankan kendaraan itu berikut dengan barang bajakannya serta sopir yang mengantarkan pada rabu kemarin," ujarnya. Sopir itu, lanjut Rudi, saat ini masih dalam pemeriksaan. Pihaknya sulit untuk mengenakan pasal kepada pengemudi itu karena statusnya yang hanya sebagai pengantar.
Dikendalikan Sindikat
Distribusi peredaran VCD/DVD bajakan dan Porno sulit untuk diberantas karena dikendalikan oleh Sindikat. Mereka bekerja secara rapih untuk mengelabuhi petugas. Seperti VCD/DVD bajakan yang disita di Glodok ini, diduga berasal dari suatu wilayah di daerah Jawa Barat. "Kita masih mencari pemiliknya. Diduga keping bajakan itu dibuat dari satu daerah di Jawa Barat," paparnya.
Ketika apakah polisi akan melakukan penindakan terhadap pedagang VCD dan DVD di Glodok, dia mengatakan polisi akan Fokus pada pembuatnya. "Kita cari yang mencetak keping bajakan ini," jelasnya.
Sebelumnya Kriminolog Universitas Indonesia, Erlangga Masdiana mengatakan sejauh ini polisi hanya menangkap para pengedar ataupun pengganda VCD/DVD bajakan dan pornografi berkelas kecil. Sementara mereka yang memiliki akses ke oknum petugas ataupun pejabat itu sulit tersentuh.
"Hingga kini polisi masih bersikap tebang pilih. Belum ada komitmen yang kuat untuk memberantas pembajakan atau penggandaan," ujarnya.
Menurutnya proses tebang pilih ini tidak terlepas dari lemahnya pengawasan dari pihak kepolisian. Belum lagi dengan sejumlah oknum petugas yang memberikan perlindungan. "Seharusnya polisi yang memegang wilayah setempat bertanggungjawab atas masalah ini," tambahnya. thr/ahi