Sarapan pagi hari ini tiba-tiba ada suguhan tambahan dari makanan biasanya yaitu berita adanya ledakan bom di Hotel JW. Marriot dan Hotel Ritz. Sampai berita ini diturunkan korban sudah mencapai 10 tewas temasuk seorang Presiden Direktur PT. Holcim dan 52 luka-luka.
Hingga saat ini polisi masih belum bisa mengungkap siapa pelaku peledakan. Tetapi berita yang menyebar ke masyarakat sudah menggiring kepada kelompok lama yang sudah dikenal sebagai pelaku pemboman, yakni orang-orang yang kemungkinan di rekrut oleh Nurdin M. Top yang sampai saat ini belum berhasil ditangkap oleh pihak berwajib.
Ada pemberitaan tentang peristiwa ini yang mengkaitkan dengan perampokan uang 15 milyar milik BNI. Pengkaitan ini bukan tanpa alasan karena kejadian pemboman di Kedutaan Australia waktu lalu terjadi setelah perampokan emas di Banten. Ada juga yang langsung tunjuk hidung kepada kelompok Jama'ah Islamiyah seperti yang dinyatakan oleh pengamat Australia. Bahkan yang lebih tidak manusiawi lagi pengamat tersebut menyebut nama Abubakar Ba'asyir sebagai biang keladi peristiwa ini. Padahal secara hukum sudah terbukti bahwa orang tua ini tidak ada kaitannya dengan JI. Ada pula yang langsung berkesimpulan bahwa pelaku bom adalah kelompok teroris seperti komentar Amidhan salah seorang Ketua Majlis Ulama Indonesia Pusat.
Komentar lain yang dikaitkan dengan peristiwa berdarah ini boleh jadi akan muncul. Misalnya dikaitkan dengan kemenangan SBY dalam pilpres yang lalu. Agar kemenangan ini tidak terlalu dipersoalkan oleh rakyat yang tidak puas atas kemenangan SBY, maka diciptakanlah sesuatu yang bisa mengalihkan perhatian masyarakat dari persoalan pilpres ke persoalan teroris. Isu teroris yang sudah mulai redup dari fikiran bangsa ini mulai dinyalakan kembali.
Mungkin juga ada analisa lain, yaitu agar Densus 88 punya "proyek" baru setelah lama tidak kedengaran aksinya. Yang menciptakan peristiwa ini siapa lagi kalau bukan orang-orang Densus sendiri. Analisa seperti ini mungkin agak nakal, tetapi di negara demokratis seperti ini sah-sah saja orang mau bicara atau analisa apa saja. Kemungkinan lain dari kejadian pemboman ini adalah upaya negara adikuasa Amerika untuk tetap mencitrakan Islam dan ummat Islam dengan citra kekerasan. Hal ini mereka lakukan sebagai bagian dari strategi melawan terorisme. Atau boleh jadi ada pemain baru yang saat ini sedang in action yaitu kelompok Organisasi Papua Merdeka yang mulai masuk ibukota, dengan maksud agar lebih mendapat perhatian dunia.
Alhasil, analisa-analisa yang sifatnya menduga-duga itu tentu saja harus disampaikan dengan bahasa yang jujur dan tidak mengada-ada, jangan ada upaya penggiringan opini untuk membuat pencitraan buruk terhadap Islam dan ummat Islam. Karena sikap ekstrim dan fundamentalis itu ada pada siapa saja, dan agama, idiologi, serta pandangan hidup apa saja di belahan bumi mana saja. Mari kita tunggu kesimpulan pihak-pihak yang berwenang menyelidiki masalah ini. Tentu saja kesimpulan yang tidak dipengaruhi oleh apa dan siapapun. Wallahu a'lam. (sal/voa-islam)