Bekasi (voa-islam.com) - Berbagai spekulasi tentang siapa yang melakukan pengeboman terhadap Hotel Ritz Carlton dan JW Marriott terus bermunculan. Mulai dari Jamaah Islamiyah, Al Qaeda, hingga para politisi yang kalah dalam Pilpres 2009.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mensinyalir, peristiwa ini ulah dari kelompok-kelompok yang tidak puas dengan hasil Pilpres yang lalu. Tentu pernyataan ini menohok lawan-lawan politiknya yang terindikasi kalah pada pilpres, 9 Juli lalu.
Pernyataan presiden ini mendapat reaksi keras dari pihak-pihak yang menjadi lawan politiknya kemarin.
Fungsionaris Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Sonny Keraf, menyesalkan pernyataan Susilo Bambang Yudhoyono yang mengaitkan ledakan bom di kawasan Mega Kuningan Jumat pagi dengan proses Pemilu 2009.
Bahkan, Sonny menuding pernyataan Presiden Yudhoyono itu sebagai mencari kambing hitam dan melempar tanggung jawab sebagai kepala negara yang bertanggungjawab atas masalah keamanan.
Sonny juga menilai tidak etis pernyataan Presiden Yudhoyono sebagai kepala negara yang justru terkesan menyalahkan calon presiden lain yang kalah dalam ajang Pemilu 2009 sebagai pihak yang melampiaskan kekecewaan dengan cara kekerasan.
Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) menilai pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang kaitan bom di Mega Kuningan dengan Pemilu Presiden 2009, sangat spekulatif. Fadli menambahkan, pernyataan SBY dapat dinilai sebagai langkah mengambil manfaat politik dari aksi ledakan bom tersebut.
Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) menyatakan, pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengaitkan aksi ledakan bom di Mega Kuningan dengan Pilpres 2009, Jumat pagi harus bisa ditindaklanjuti dan dibuktikan.
Lain SBY, Lain pula komentar Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri (BHD) yang mengatakan bom yang meledak Jum’at (17/7/2009) kemarin identik dengan jaringan teroris di Malang dan Cilacap.
Secara tidak langsung dugaan pelaku pengeboman ditujukan kepada kelompok Noordin M Top yang hingga saat ini masih berkeliaran.
"Sudah jelas itu jaringan Noordin M Top. Seperti komentar Kapolri kemarin bahwa bom yang digunakan sama dengan yang ditemukan di Cilacap," ujar Kepala Desk Antiteror Kementerian Koordinator Polhukam, Irjen Pol Ansyaad Mbai kepada detikcom, Sabtu (18/7/2009).
Kalau Kapolri saja sudah mengatakan seperti itu, imbuhnya, sudah pasti pelakuknya adalah jaringan Noordin M Top.
Tapi saat jumpa pers tadi malam Kapolri tidak langsung menyebut Noordin M Top? "Mereka tentunya hati-hati. Harus menunggu sampai datanya akurat," jawab Ansyaad.
Ansyaad menengarai, saat ini Noordin M Top masih berkeliaran di wilayah Indonesia untuk merencanakan serangan-serangan bom termasuk bom yang telah meledak kemarin.
Buru-buru menuduh Noordin M. Top, karena pribadinya tidak bisa memberikan klarifikasi dan pembelaan. Makanya menyalahkannya tidak banyak mengandung resiko. Tapi ada atau tidaknya kepentingan di balik tuduhan ini, kita hanya bisa menunggu.
Pernyataan pihak kepolisian ini bisa menjadi dalih bagi mereka untuk menangkapi aktifis-aktifis muslim yang disinyalir memiliki jaringan dengan Noordin, JI, atau Ustadz Abu Bakar Ba’asyir.
Pengamat Intelijen Wawan Purwanto meminta agar spekulasi seperti ini dihentikan. Proses investigasi biarlah dilakukan dulu oleh pihak kepolisian. "Kita tunggu dulu, apakah pelakunya orang baru atau orang lama," kata Wawan dalam perbincangan dengan detikcom, Sabtu (18/7/2009).
Wawan mengatakan, wajah pelaku kan sudah terungkap melalui berbagai media. Selanjutnya tinggal kepolisian mengembangkannya dengan melakukan tes DNA, serta siapa tahu ada pihak-pihak yang mengenal wajah itu kemudian ditelusuri keluarganya.
"Sehingga baru akan diketahui apa ada hubungan langsung atau tidak dengan pihak-pihak yang mengenalinya, sehingga benang merahnya akan segera ditemukan," ujarnya. (Purnomo WD/dbs)