Jakarta - voa-islam.com Peristiwa ledakan bom selalu diikuti dengan terganggunya saluran telekomunikasi. Sinyal yang hilang bisa disebabkan oleh ledakan bom. Tapi juga bisa dilakukan secara sengaja agar teroris tidak meledakkan bom berikutnya.
Sinyal selular sempat menghilang Jumat pagi saat bom meledak di Mega Kuningan. Sinyal selular juga pernah menghilang, saat terjadi ledakan bom Kuningan beberapa tahun lalu.
Di dunia internasional jamming (pemblokiran) jaringan selular biasa dilakukan jika ada aksi terorisme. Jamming menjadi popular setelah diketahui teroris memodifikasi ponsel, menjadi alat pemicu ledakan bom.
Teroris menggunakan ponsel itu untuk memicu improvised explosive devices (IED) atau bom yang sudah diperbesar kemampuannya, tidak hanya di peperangan Timur Tengah tapi juga di seluruh dunia.
Teroris menggunakan ponsel itu untuk memicu improvised explosive devices (IED) atau bom yang sudah diperbesar kemampuannya, tidak hanya di peperangan Timur Tengah tapi juga di seluruh dunia.
Bom yang dipicu dengan ponsel itu diketahui untuk meledakkan kereta bawah tanah Madrid dan London pada 2004 dan 2005. Teroris juga merencanakan menggunakan bom cair dengan pemicu ponsel untuk meledakkan pesawat komersial Inggris pada Agustus 2006.
Perangkat jamming untuk ponsel terbukti kesuksesannya saat presiden Pakistan Pervez Musharraf lolos dari usaha pembunuhan. Ia lolos dari maut berkat perangkat jamming di kendaran pengawalnya.
Perangkat itu menyebabkan bom baru meledak beberapa menit setelah limosinnya melintas jembatan di dekat ibu kota negara itu. Intelejen Pakistan mengatakan, perangkat jamming itu berhasil menunda detonator ponsel yang menyalakan bom sehingga Musharraf bisa lewat tanpa terluka.
Pemerintah terutama di Timur Tengah sejak lama menggunakan jammer ponsel untuk menghindari usaha pembunuhan. Perangkat itu juga untuk mengamankan sejumlah lokasi penting, misalnya tempat penjagaan ataupun tempat ibadah.
Bahkan Prancis dan Jepang menggunakan jammer di restoran dan tempat pertunjukkan, bukan sebagai tindakan anti terorisme, tapi mencegah suara ringtone ponsel yang mengganggu.
AS juga menggunakan ponsel jammer tapi terbatas pada penegak hukum saja karena di larang oleh undang-undang. Teknologi itu biasa digunakan oleh militer dan pemerintah federal AS.
Pasukan pengawal presiden AS Secret Servicen juga menggunakan jammer untuk melindungi Presiden Obama di dalam limousin, Air Force One, serta saat sedang berpidato. Pemblokiran sinyal telepon itu bahkan sampai dalam jarak 800 meter.
FBI juga melakukan jamming pada ponsel penculik saat terjadi penculikan. Penjinak bom juga melakukan jamming di wilayah tertentu, jika menemukan obyek mencurigakan. Sementara militer AS sering kali menggunakan teknologi jamming ponsel saat perang di Irak.
Perangkat jammer dengan listrik 28 volt mampu men-jam sinyal ponsel dalam jarak 16 kilometer. Jammer bekerja dengan mengirimkan sinyal yang menimpa frekuensi penerima. Hal itu mencegah ponsel yang disambung ke bom memicu ledakan.
Jammer tidak mempengaruhi koneksi internet wireless dan pengguna ponsel biasanya tidak sadar. Pengguna ponsel hanya merasakan tidak bisa menerima sinyal. Selama jammer berlangsung, pengguna tidak bisa menerima panggilan, tapi tetap bisa menerima pesan missed calls.
Dalam ledakan Mega Kuningan, jammer mungkin saja digunakan untuk mencegah teroris meledakkan bom dari jarak jauh. Operator sendiri mengaku tidak ada gangguan jaringan karena ledakan.
Corporate Communication PT Excelcomindo Pratama Vivianti Ayu Damarsasi menegaskan pasca ledakan tidak ada jaringan yang terganggu. Hal sama diungkapkan oleh Manager Communications Axis Ati Kisjanto. “Jaringan kita semuanya bekerja dengan normal,“ ujarnya. [inilah.com]