Bekasi (voa-islam.com) - Nama Habib Abdurrahman Assegaf, yang mengaku sebagai habib, mencuat pasca Pemboman di hotel JW Marriott dan hotel Ritz Carlton pada Jum'at lalu. Dialah orang pertama yang menyatakan bahwa pelaku peledakkan, Nurdin Aziz alias Nur Hasbi alias Nur Sahid, adalah lulusan Pesantren Ngruki.
Abdurrahman menyatakan bahwa pelaku pengeboman adalah Nur Hasbi, alumni pondok pesantren ngruki.
Beberapa waktu lalu Assegaf menyatakan, Nur Hasbi merupakan anggota jaringan jama'ah islamiyyah (JI). Hasbi, menurut Assegaf, telah direkrut Teddy alias Reno atau Mubarok, yang juga merupakan wakil Nurdin M Top, tersangka teroris yang selam ini dicari.
Saat itulah Assegaf menyatakan bahwa Nurhasbi, kelahiran Temanggung, 24 Juli 1974, adalah alumnus Pondok Pesantren (Ponpes) al-Mukmin, Ngruki, asuhan Abu Bakar Ba'asyir. Di ngruki, menurut dia, Nur Hasbi seangkatan dengan Asmar Latin Sani, tertuduh pelaku bom bunuh diri di gedung Kedubes Australia, 2003 lalu. Assegaf juga menyatakan bahwa Nurhasbi menikahi Ida Parwati, wanita Klaten, pada 2003 lalu. "Nurhasbi itu termasuk kelompok Banten, seangkatan Imam Samudra," kata Assegaf, saat itu.
Tudingan Assegaf ini mendapat reaksi keras dari jajaran pimpinan Pondok al-Mukmin, Ngruki. Pembantu direktur Ponpes al-Mukmin, Ustadz. Sholeh Ibrahim, langsung menampik Nur Hasbi sebagai alumnus Pondok Ngruki.
"Abdurrahman Assegaf telah menfitnah Ngruki dengan menyebar kabar yang tidak benar." Ujar Sholeh, di Ngruki, senin (20/7). Untuk itu Sholeh menuntut Assegaf segera mencabut kembali pernyataannya yang bernuansa fitnah. "kami meminta yang bersangakutan segera meminta maaf kepada Ponpes al-Mukmin. Itu harus dilakukan karena al-Mukmin sebagai lembaga pendidikan merasa terganggu pernyataan yang menyesatkan tersebut." Kata beliau.
Menurut Ustadz Sholeh, jika Abdurrahman tidak segera mencabut pernyataan dan meminta maaf, al-Mukmin akan mengambil langkah yang dianggap tepat. Saat ditanya langkah apa yang akan dilakukan, Sholeh mengatakan langkah itu akan diambil setelah digelarnya rapat pimpinan. "Saat ini unsur pimpinan masih berada di Jakarta." Kata sholeh.
Ustadz Sholeh juga menunjuk bukti-bukti tiadanya hubungan antara Ngruki dengan Nur Hasbi, Nuri Hasbi atau Sahid. Dalam buku induk pun, kata Sholeh tidak terdapat tiga nama tersebut.
Ustadz Sholeh juga balik mempertanyakan siapa sebenarnya Abdurrahman Assegaf dan ada kepentingan apa di balik pengakuannya ini.
"Kami tidak kenal siapa Abdurrahman Assegaf. Tiba-tiba dia muncul dengan kepala diikat sorban putih lalu ngomong tanpa dasar. Apapula motivasi dan kepentingannya di balik semua ini?" kata sholeh.
Tidak hanya pihak Ngruki yang merasa keberatan dengan tudingan Adburrahman Assegaf. Pernyataan senada juga dikemukakan ketua Front Pembela Islam (FPI) Solo, Khairul RS. Namun berbeda dengan pihak Ngruki yang masih belum jelas akan mengambil tindakan apa, FPI Solo tampak lebih tegas.
"Dia harus meminta maaf. Kalau tidak, FPI segera mengambil tindakan, baik melalui jalur hukum atau tindakan lain," kata Khairul dengan nada mengancam.
Tentang Abdurrahman Assegaf sendiri, Khairul mengaku kenal. Bahkan dia menyatakan, Abdurrahman Assegaf bukan habib. "Saya kenal betul siapa dia. Dia hanya orang yang mengaku-ngaku habib. Padahal bukan siapa-siapa."
Khairul menyatakan, Abdurrahman Assegaf bukan habib. "Saya kenal betul siapa dia. Dia hanya orang yang mengaku-ngaku habib. Padahal bukan siapa-siapa."
Terlebih lagi, pernyataan yang disampaikan Abdurrahman Assegaf seirama dengan pernyataan direktur International Crisis Group (ICG), Sidney jones. Ada hubungan apa antara Abdurrahman Assegaf yang mengaku sebgai habib dengan ICG? Kenapa dia menyertakan gelar habib dan marga "Assegaf" di antara namanya? Inilah yang menjadi pertanyaan para aktifis Islam. (PurWD/voa-islam/berbagai sumber)