View Full Version
Kamis, 23 Jul 2009

Keganjilan di Seputar Temuan Bom

(voa-islam.com) - Ada kejanggalan dalam kasus penemuan bom di halaman rumah Bahrudin Latif, salah seorang target pencarian Densus 88 Antiteror, di Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Banyak warga yang heran bagaimana penemuan itu bisa dilakukan dengan mudah.

Apalagi pencarian bom itu dilakukan oleh tim Densus 88 tanpa kesulitan apa pun dan tanpa menggunakan anjing pelacak. Kejanggalan itu, menurut Kepala Desa Pasuruhan, Watim Suseno, sudah dipertanyakan oleh banyak warga setempat.

“Kami pun heran, kenapa tim Densus dengan mudah menemukan lokasi penimbunan bom rakitan itu, seperti sudah tahu tempatnya,” kata Watim , Rabu (22/7) malam.

Watim mengatakan, sejauh ini pihaknya tetap setia mendukung upaya pemerintah memberantas terorisme. Oleh karena itu, dia pun tidak menghalang-halangi maupun menutup-nutupi upaya Kepolisian menangkap Bahrudin yang diduga bagian dari jaringan terorisme.

Namun untuk penemuan bom itu, Watim mengatakan, masih sulit untuk menerimanya. Apalagi Astuti, istri Bahrudin, sangat dikenal tak pernah berbohong. “Semua orang di desa ini tahu, keluarga Bahrudin itu tak pernah berbohong. Mereka sangat jujur, meski sifatnya tertutup,” katanya.

Banyak warga yang heran bagaimana penemuan itu bisa dilakukan dengan mudah.

Konon, menurut Watim, saat pulang dari Yogyakarta menghadiri hajatan keluarganya, Astuti mengaku, tong plastik tempat menyimpan bom yang ditemukan Tim Densus 88, itu selalu digunakan untuk menyimpan ikan lele. Bahkan saat dia berangkat ke Yogyakarta bersama keluarganya, dua hari sebelum Tim Densus melaksanakan penggeledahan di rumahnya, tong plastik itu masih berada di belakang rumahnya.

“Loh sampai saya berangkat ke Yogya, tong itu masih ada di belakang. Mana mungkin sudah dibenam begitu,” kata Watim menirukan ucapan Astuti.

Warga juga menyangsikan kecakapan para intelijen dalam mengintai kegiatan terorisme yang kini dituduhkan kepada keluarga Bahrudin. Hal itu karena Tim Densus 88 malah menggrebek rumah Bahrudin di saat kosong, pada 23 Juni kemarin.

Warga berpendapat, kalau mereka itu intel, tentu tahu kapan keluarga itu berada di rumah.

Warga berpendapat, kalau mereka itu intel, tentu tahu kapan keluarga itu berada di rumah. Tapi kenapa rumah Bahrudin lagi kosong, malah digrebek. Ini jadi ganjil dan aneh. Kita perlu penjelasan dari Densus 88. Ini menyangkut soal kepercayaan. (PurWD/voa-islam/kmp)


latestnews

View Full Version