Bogor (voa-islam.com) - Para Dai atau para juru dakwah Islam di kawasan Asia dihimbau untuk memperbaharui metode dakwahnya. Dalam mensyiarkan ajaran Allah SWT, para dai harus mengikuti perkembangan dan tantangan zaman yang kian kompleks.
"Jika para dai tidak mengikuti kemajuan zaman, dakwah yang kita lakukan tidak akan berhasil," ujar Koordinator Wordl Islamic Call Society (WICS) untuk Indonesia, KH. Muhyiddin Junaedi, di sela-sela konferensi Dai Asia Ketujuh atau The Seventh Conference of Asian Callers yang berlangsung di Bogor, Jawa Barat, Selasa (28/7).
Konferensi Dai Asia ke Tujuh itu menghadirkan puluhan juru dakwah Islamiyah, yang beraasal dari 26 Negara di kawasan Asia dan Australia. Para Dai dari berbagai negara itu berkumpul untuk mempererat hubungan dan berbagi informasi.
Dalam forum ini, para Dai akan berbagi pengalaman dan mencoba memecahkannya "bersama-sama," ujar Kiyai Muhyiddin. Dalam Konferensi Dai Islam Ketujuh yang diprakarsai Wordl Call Society (WICS) itu, para Dai dari 26 negara akan menyusun rencana aksi bagi para dai di kawasan Asia dan Australia, hingga lima tahun ke depan.
Dari Konferensi tersebut, diharapkan pula agar para Dai menemukan solusi paling bijak untuk membawa umat Islam keluar dari kungkungan materialisme, Individualisme, dan Konsumerisme.
Kiyai Muhyiddin menambahkan, di era modern ini, para dai harus mulai melek teknologi. Sehingga, syiar Islam bisa di sampaikan dengan menggunakan teknologi dan Informasi, seperti internet. Menurut dia, para dai perlu memanfaatkan jaringan internet yang semakin luas serta dunia pertelevisian dalam berdakwah
Para dai perlu memanfaatkan jaringan internet yang semakin luas serta dunia pertelevisian dalam berdakwah.
Kita perlu membuat televisi Islam, agar dakwah tersampaikan lebih cepat dan efektif, "paparnya". Menurut dia, dakwah tak hanya bisa dilakukan di masjid. Yang paling penting, papar dia, dakwah bisa dilakukan melalui teladan dalam kehidupan nyata. "Para dai harus peka terhadap masalah yang terjadi di masyarakat."
Menurut dia, kini terdapat tiga tantangan besar yang dihadapi dunia dakwah Indonesia. Pertama adalah masalah sekulerisme. Menurutnya, paham sekulerisme justru akan membuat Islam runtuh, karena pemerintahan dan agama tidak bisa dipisahkan.
Kita perlu membuat televisi Islam, agar dakwah tersampaikan lebih cepat dan efektif,
Selain itu, para dai juga menghadapi masalah liberalisme. Kiyai Muhyiddin mengingatkan, masalah agama tak boleh sampai di serahkkan ke pasar. "kalau di serahkan ke pasar, akan terjadi ," tuturnya.
Tantangan lainnya adalah pluralisme. Yang tak kalah pentingnya, memperkuat perekonomian Umat. Hal ini penting untuk menyikapi gerakan pemurtadan. (PurWD/voa-islam/Rpb)