Kudus (voa-islam.com) - ''SAYA masih orang dalam (JI), bukan mantan. Terserah Anda mau mengistilahkan apa,'' kata Abu Rusydan. Pria yang juga memiliki nama Thoriquddin alias Hamzah itu mengaku, dirinya juga pernah menutup diri saat aparat keamanan menahannya pada April 2003.
Itu dilakukan karena dia menilai ada hal-hal kontraproduktif dengan proses penyidikan. Media massa tidak menulis semua yang dikatakan oleh narasumber. Selain itu, masih diedit dan ditambah analisa atau opini.
''Sudah begitu, mereka juga masih meminta pendapat orang-orang di sekitarnya,'' katanya.
Sementara proses penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian, kata dia, tidak mempersoalkan hal-hal seperti itu, kecuali memang ada yang melanggar hukum.
Terlepas dari semua itu, kata Rusydan, posisi dirinya saat itu juga serba sulit, sehingga memilih menutup diri. Misalnya, bila dirinya bekerja sama dengan penyidik, maka dianggap sebagai kompromi.
Akan tetapi, bila tidak menerima mereka akan menerjemahkan sikapnya itu sebagai ekstrem dan fundamentalis. ''Itu sulit sekali,'' tandasnya.
Dengan selalu menebar senyum dan bersikap tenang, dia berusaha menjelaskan tentang organisasi yang diikutinya. Nafasnya teratur dan gaya bicaranya terkontrol. Sambil sesekali menggerak-gerakkan kedua tangannya, dia berusaha menyusun kalimat yang diucapkannya dengan selugas mungkin.
Sekali lagi dia menegaskan, tidak pernah ke luar dari JI. Baginya, Jaringan Islamiyah merupakan sesuatu yang benar, sehingga bila ada oknum yang berbuat keliru, akan dinasehati.
Menurutnya, kepolisian tidak akan menangkap siapapun, meskipun mereka dianggap sebagai JI kecuali bila mereka melanggar aturan hukum negara Republik Indonesia.
Mengenai pengawasan yang dilakukan oleh aparat, dia menganggap langkah itu sebagai sesuatu yang negatif. Namun sebaliknya, hal itu justru akan memberi kesempatan kepadanya untuk memberitahu tentang hal yang sebenarnya. ''Mereka akan tahu seperti apa yang kami lakukan,'' tandasnya.
Sekali lagi Abu Rusydan menegaskan, tidak pernah ke luar dari JI. Baginya, Jaringan Islamiyah merupakan sesuatu yang benar, sehingga bila ada oknum yang berbuat keliru, akan dinasehati.
Tujuan dari semua itu, kata dia, hanyalah menghindari konfrontasi apalagi sampai terjadi perang. Paling tidak, mengerem kemungkinan terjadinya kesalahpahaman.
''Banyak orang Polda, Mabes Polri, dan Densus 88 Antiteror pernah ke sini,'' ungkapnya.
Soal analisis yang sering dilontarkan oleh sejumlah pengamat seperti Sidney Jones, dia mempunyai pendapat sendiri. Dia mengibaratkan sebuah tangki motor, berapa kapasitas yang sudah dipakai tentu dia tahu. Demikian pula dengan JI, dirinya tentu yang lebih tahu daripada pengamat.
Kini, sehari-hari pria yang menjalani pendidikan dari SD hingga SMA di Kudus itu, menjadi da'i. (PurWd/v-i/SM)