Jakarta (voa-islam) Tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri berhasil mengindentifikasi empat jenazah mon kuningan, termasuk Ibrohim, florist Hotel Ritz-Carlton. Bagaimana sebuah kepastian identitas jenazah didapat, Ketua DVI Mabes Polri Brigjen Pol Eddy Saparwoko membagi rahasianya.
"Pekerjaan DVI dimulai dari laporan kehilangan orang. Bisa juga dimulai dari ditemukannya jenazah atau bahkan satu bagian tubuh saja," kata Eddy dalam jumpa pers di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (12/8/2009) .
Jika identifikasi berangkat dari laporan orang hilang, lanjut Eddy, DVI akan melengkapi data ante mortem. Ante mortem adalah data selama yang dilaporkan masih hidup. Tapi apabila dimulai dari potongan tubuh, DVI langung memeriksa data-data jenazah (post mortem).
Jika identifikasi berangkat dari laporan orang hilang, lanjut Eddy, DVI akan melengkapi data ante mortem. Ante mortem adalah data selama yang dilaporkan masih hidup. Tapi apabila dimulai dari potongan tubuh, DVI langung memeriksa data-data jenazah (post mortem).
"Bisa keduanya dilakukan secara simultan," lanjut Eddy.
Dari data ante dan post mortem, kata Eddy, dicarilah ciri-ciri umum misalnya jenis kelamin, umur, rambut, dan mata. Ciri-ciri khusus seperti tahi lalat, bekas operasi atau luka juga digali.
"Dari kedua data tersebut kemudian disempurnakan melalui pemeriksaan lanjutan berupa pencocokan data. Pencocokan data ini memakai dua metode, yakni primer dan sekunder," tukas Eddy.
Eddy menjelaskan, metode primer adalah dengan memeriksa sidik jari, gigi, dan juga Deoxyribonucleic acid (DNA). Satu saja dari tiga item itu cocok, maka sudah teridentifikasi. Apabila data primer mentok, barulah dengan data sekunder.
"Misalnya, oh, celana ini punya di Badu. Atau kepemilikan lain. Oh, di celananya ada dompet, ada pulpen," sebutnya.
Sudah cukupkah? Belum. Eddy mengatakan, masih ada satu tahapan lagi dalam proses identifikasi, yaksi sidang rekonsiliasi. Dalam sidang tersebut, adakalanya masih ada silang pendapat di antara anggota tim DVI.
"Sampai harus ditemukan kecocokan dan semua menerima. Kalau ada satu saja tidak setuju, bukan lantas voting. Kalau ada yang tidak setuju kita anggap belum teridentifikasi. di DVI lebih baik tidak dikenali daripada salah mengenali," jelasnya.
4 Tersangka Bom Kuningan
Eddy menjelaskan, identitas keempat tersangka bom kuningan yang diumumkan hari ini semua didapat melalui uji DNA. Keempat jenazah itu yakni Dani Dwi Permana (pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott), Ibrohim alias Boim (teroris yang tewas di Temanggung), dan dua lagi adalah tersangka teroris yang tertembak mati di Jatiasih, yakni Eko Joko Sardono dan Air Setiawan.
Kondisi mayat Dani rusak parah, karena itu perlu tes DNA. DVI kemudian mendapatkan 100 persen DNA Dani cocok dengan sampelnya. Untuk Eko Joko Sardono dan Air Setiawan juga dilakukan tes DNA, namun masih ditambah dengan pengambilan sidik jari.
Eddy menceritakan secara khusus tentang identifikasi Ibrohim, teroris yang sebelumnya diduga sebagai Noordin M Top. DNA Ibrohim sempat dicocokkan dengan DNA keluarga Noordin di Johor, Malaysia, dan di Cilacap dan Klaten, Jawa Tengah. Namun, semuanya tidak cocok.
"Kemudian kita bandingkan dengan keluarga di Cilimus (Garut), dengan istri dan dua putranya. Match 100 persen bahwa almarhum adalah Ibrohim," pungkasnya. (irw/nrl/dtk)